SOLOPOS.COM - ilustrasi start up (istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Unicorn, decacorn dan hectocorn menjadi istilah yang ramai di dalam dunia startup, termasuk di Indonesia.

Istilah  unicorn, decacorn, dan hectocorn muncul dari Co-founder Cowboy Ventures yakni Aileen Lee. Di dalam techcrunch.com, yakni artikelnya dalam lima tahun yang lalu, Aileen Lee menyebutkan “unicorn club”. Berikut perbedaan ketiga istilah-istilah itu seperti dilansir Bisnis.com, Kamis (6/1/2022):

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

1. Unicorn

Unicorn merupakan sebutan untuk perusahaan startup yang telah memiliki valuasi sebesar US$1 miliar. Dilansir dari CBInsight, per Desember 2021 diketahui terdapat 959 total perusahaan yang telah memasuki kategori ini.

Untuk di Indonesia, perusahaan yang telah masuk dalam sebutan unicorn adalah Gojek, Bukalapak, Traveloka, dan juga Tokopedia. Baru-baru ini yang telah masuk ke dalam Unicorn adalah Kopi Kenangan.

2. Decacorn

Lebih tinggi dari Unicorn, Decacorn merupakan perusahaan yang memiliki valuasi lebih dari US$10 miliar. Dilansir dari whatisthebusinessmodelof.com, Decacorn sendiri termasuk di dalam komunitas yang lebih eksklusif dan terdiri lebih dari 30 lebih perusahaan pada pada tahun 2021.

Dalam Decacorn, perusahaan ini termasuk seperti Uber, Airbnb, SpaceX, dan lain-lainnya. Baca Juga : Empat Unicorn Bakal Serap Right Issue Allo Bank (BBHI)

3. Hectocorn

Hectocorn merupakan startup yang memiliki valuasi lebih dari US$100 miliar, yakni level startup tertinggi. Kategori dalam perusahaan ini adalah Google, Cisco, Facebook, Apple dan lain-lainnya.

Namun selain tiga level ini, sebenarnya terdapat level startup lainnya yakni Cockroach, perusahaan yang baru saja berdiri dan valuasinya kecil, Ponies dengan valuasi sebesar US$10 juta dan Centaurus yakni sebesar US$100 juta dolar.

Baca Juga:  Tanpa Ekonomi Hijau, Indonesia Disebut Sulit Jadi Negara Maju di 2045

Startup Kuliner

Di sisi lain, startup kuliner, khususnya minuman dinilai makin menarik perhatian investor pada tahun depan. Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menuturkan keberadaan startup kuliner mengubah tren bisnis makanan.

Sebelumnya, bisnis food and beverage (F&B) banyak mengejar keuntungan di awal, tetapi para perusahaan rintisan lebih fokus pada target pendanaan.

“Pada tahun-tahun ke depan makin banyak investor yang menggelontorkan dana untuk startup kuliner lokal, terutama di bisnis minuman,” kata Huda, Rabu (29/12/2021) seperti dilansir Bisnis.com.

Baca Juga: Presiden Jokowi Cabut Ribuan Izin Usaha Tambang, Ini Alasannya

Dia menuturkan para pemodal ventura tertarik untuk investasi di startup makanan karena pasar luas dan layanan pesan-antar daring yang sudah sangat berkembang. Huda menilai bisnis minuman, khususnya kopi kekinian akan mampu bertahan dan tumbuh hingga beberapa tahun ke depan.

Namun, belum dikatakan siap untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).

Sementara, Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menyebut bisnis Kopi Kenangan banyak diminati investor karena fokus pada penambahan kedai atau outlet yang dikelola langsung, bukan melalui franchise.

Untuk itu, menurut Dianta, kualitas produk yang dihasilkan relatif lebih mudah untuk dijaga. Selain itu, bisnis minuman kopi di Indonesia memang menjanjikan, karena ketersediaan bahan baku dan konsumen yang melimpah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya