Bisnis
Selasa, 30 Januari 2024 - 06:23 WIB

Jaga Inflasi 2024 Sebesar 2,5 Persen-1 Persen, Ini Strategi TPIP

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Inflasi. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Salah satu hasil High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) adalah memperkuat ketahanan pangan untuk mencapai target inflasi 2024 sebesar 2,5 plus minus satu persen.

“Memperkuat ketahanan pangan dengan tentunya produktivitas itu kita amankan, kemudian juga ketersediaan data diperlukan,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers HLM TPIP di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/1/2024) seperti dilansir Antaranews.

Advertisement

Upaya penguatan ketahanan pangan juga dilakukan dengan memperkuat strategi antar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan juga melanjutkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi pangan serta komunikasi untuk menjaga ekspektasi inflasi.

Langkah-langkah strategis berikutnya yang disepakati TPIP untuk menjaga inflasi dalam kisaran sasaran, antara lain meliputi kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dengan upaya mendukung pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Advertisement

Langkah-langkah strategis berikutnya yang disepakati TPIP untuk menjaga inflasi dalam kisaran sasaran, antara lain meliputi kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dengan upaya mendukung pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Tentunya HLM TPIP menyepakati beberapa langkah strategis dan konsisten untuk menjaga inflasi untuk di tahun 2024 ini ditarget angka 2,5 plus minus satu persen,”

Pemerintah akan mengendalikan inflasi volatile food agar dapat terkendali di bawah 5 persen dengan fokus pada komoditas beras, cabai, dan aneka bawang.

Advertisement

Kemudian, HLM TPIP juga menyepakati sasaran inflasi pada 2025, 2026 dan 2027 sebesar 2,5 plus minus satu persen yang nantinya akan ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan.

“Ke depan tentu diharapkan target inflasi bisa dicapai sesuai dengan sasaran di tahun 2024,” ujar Menteri Airlangga.

Selanjutnya TPIP juga akan melaksanakan rapat koordinasi nasional pada Juni 2024 dengan tema pengamanan produksi dan peningkatan efisiensi rantai pasok untuk mendukung stabilitas harga.

Advertisement

Pada kesempatan yang sama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara dengan inflasi rendah pada 2023 jika dibandingkan dengan sejumlah negara lain.

“Kita lihat dibandingkan dengan negara lain kita menjadi salah satu dari negara dengan inflasi rendah, yang di bawah kita hanya Jepang yang angkanya mirip dengan kita kemudian Saudi, Italia dan China,” kata Menteri Airlangga di Jakarta, Senin (29/1/2024) seperti dilansir Antaranews.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2023 tercatat rendah sebesar 0,41 persen month to month (mtm) sehingga inflasi IHK 2023 menjadi 2,61 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Advertisement

Sementara dibandingkan dengan negara G20 lain, Indonesia lebih baik dari Argentina, Turki, Rusia, India bahkan Amerika Serikat. Capaian inflasi Indonesia pada 2023 yang besarnya 2,61 persen itu terjaga di dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen.

Menko Airlangga menuturkan pencapaian inflasi Indonesia 2023 tersebut merupakan kerja sama seluruh pihak terkait, termasuk di dalamnya pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Badan Pusat Statistik serta kementerian/lembaga lain.

“Tentu kerja sama yang baik antara pusat, pemerintah daerah Bank Indonesia dan TPID-TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) ini menjadi contoh kerja sama yang solid,” ujarnya.

Inflasi 2023 menurun dibandingkan realisasi tahun 2022 yang tercatat di level 5,51 persen. Menko menuturkan di luar periode terdampak pandemi (2020-2021), realisasi inflasi tahun ini merupakan yang terendah sejak tahun 2000.

Beberapa negara yang masih mengalami inflasi di atas sasaran target di antaranya Eropa (2,4 persen), Jepang (2,8 persen), Amerika Serikat (3,1 persen), Korea Selatan (3,2 persen), Jerman (3,2 persen), Inggris (3,9 persen), Rusia (7,5 persen), Turki (62,0 persen), dan Argentina (160,9 persen).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif