SOLOPOS.COM - Hawin, pemilik Batik Tulis Gunung Kendil menunjukkan pakaian batik karyanya bermotif iwak pindang di Rumah BUMN Rembang, Jumat (25/8/2022). (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, REMBANG —  Batik Tulis Gunung Kendil Rembang membuktikan keharmonisan antara bisnis dan seni.

Pemilik usaha Batik Tulis Gunung Kendil, Hadi Winarko, memulai bisnis batik tulis dari bakat menggambarnya meskipun tak ada darah keturunan bakat membatik atau usaha di bidang batik dari keluarga.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Batik Tulis Gunung Kendil menjadi salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dikunjungi Tim Ekspedisi Solopos Media Group (SMG). Tim Ekspedisi UMKM 2022 SMG didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Telkom Indonesia, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Semen Gresik, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Shabat Warna Gemilang, dan Sun Star Motor berkesempatan berbincang Hawin di Rumah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rembang, Jumat (26/8/2022).

“Kebetulan saya berangkat dari nol tidak berbasic kemampuan batik, generasi pertama juga karena keluarga juga enggak ada yang jadi pembatik atau pengusaha,” jelas Hadi Winarko yang akrab disapa Hawin kepada Tim Ekspedisi UMKM.

Hawin memang suka menggambar. Mulanya, pada 2010, ia diminta seorang kawannya yang bekerja sebagai pengusaha batik untuk membuatkan desain motif batik. Makin lama, desain Hawin banyak diminati para pengusaha batik. Jasa mendesain itu tekuni selama kurang lebih dua tahun.

Baca Juga: Bikin Ikan Laut Awet 6 Bulan, Keriyes Rembang Terjual Ribuan Bungkus per Bulan

“[Pada] 2010 saya diminta bantuan untuk menggambar motif, ada pesanan desain aja. Dua tahun pertama itu saya mendesain, setiap desain saya kok laku,” terang dia.

Di waktu yang sama, Hawin juga menjadi reseller kain batik Rembang milik temannya. Karenanya ia sedikit paham perniagaan kain batik. Tak cukup sampai di situ, Hawin perlahan mulai mengikuti pelatihan membatik yang ada di Kota Rembang. Modalnya pun ia kumpulkan dari hasilnya sebagai reseller.

“[Tahun] 2012 saya memproduksi batik sendiri dari nol, modalnya hanya dari reseller batik produk punya teman. Dari situ laris dan dapat modal sedikit, saya batik sendiri. Pelatihan membatik saya ikutin,” katanya.

Bermodal uang Rp1 juta, Hawin membeli satu kain bahan dasar kain batik, canting, dan malam untuk keperluan membatik. Dua tahun berjalan. Pada 2014 Hawin berani mengambil langkah inovasi.

Baca Juga: Inspiratif, Difabel Asal Rembang Ini Sukses Bisnis Repacking Makanan Ringan

Ia memproduksi batik tulis siap pakai. Kala itu, kebanyakan batik tulis dijual dalam bentuk kain saja. Boleh bilang, tak ada yang menjual batik tulis ready to wear. Bila dijual dalam bentuk kain mulai Rp200.000. Sementara bila dijual dalam bentuk pakaian, Hawin membanderol Rp500.000

“Rp1 juta karena hanya beli satu kain, canting malam tapi kok laku. Dua tahun masih produksi kain terus. 2014 saya kembangkan jadi fashion ready to wear,” imbuh dia.

Baju batik tulis pertama yang ia buat kemudian ia kenakan di sebuah acara. Hawin mengunggah fotonya mengenakan baju tersebut di media sosial. Tak diduga, berbagai komentar menggembirakan memenuhi kolom komentar unggahannya.

Seusai menekuni batik tulis ready to wear, omzet awal Hawin per bulannya baru Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan. Ia kemudian dikenalkan dengan ruang kreatif dan inkubasi bisnis, Rumah BUMN yang ada di Kabupaten Rembang, oleh salah satu rekannya. Hawin pun bergabung.

Baca Juga: Bukukan Transaksi hingga Rp2 Miliar, Rumah BUMN Rembang Jaga Kolaborasi UMKM

Omzet Meningkat Seusai Ikut Pelatihan

Berbagai pelatihan manajerial UMKM ia dapatkan. Ia banyak bertemu dengan sesama pelaku UMKM. Dari situ, omzet Hawin naik Rp5 juta per bulannya.

“Omzet Rp10-15 juta sebelum saya kenal Rumah BUMN Rembang. Seiring waktu jadi Rp20 juta [per bulan]. Meski selama pandemi  Covid-19 memang pengaruh ya,” paparnya.

Uniknya lagi, desain yang diciptakan Hawin sangat terbatas. Satu motif batik tulis biasanya hanya ia pakai di satu model baju saja. Bila ingin memodifikasi, Hawin hanya mengganti model pakaiannya. Keeksklusifan batiknya bisa dipertaruhkan dan menjadi daya tawar tersendiri baginya.

“Keunikan produknya begini, desain motif identik ya. Saya berusaha desain baru yang dan itu terbatas. Satu motif saya pakai untuk satu item. Atau maksimal 10 model pakaian untuk modifikasinya,” jelasnya.

Saat ini, sudah ada Galeri Batik Tulis Gunung Kendil. Pembeli bisa melihat dan membeli produk Hawin di sana. Namun ia juga melayani pembelian via marketplace. Hawin memetakan, pembeli dari marketplace biasanya mereka yang pernah membeli batiknya.

Baca Juga: Bermodal Rp200.000 untuk Usaha Sablon, Aset Ipang Production Kini Rp2,5 Miliar

“Penjualan online dari customer yang sudah pernah beli produk sebelumnya [repeat order]. Galeri orang sini [Rembang] saja biasanya,” tutur seniman yang juga menjadi Founder Rembang Fashion Community itu.

Beberapa motif Hawin yang paling khas adalah motif garuda. Saat itu ia terinspirasi dengan keriuhan suasana Pilkada 2016. Kemudian motif iwak pindang, sebagai potret kehidupan masyarakat Rembang yang sebagian banyak bergulat di bisnis perikanan laut. Ia juga sempat memotret abrasi di Pulau Marongan. Sebuah pulau di utara Kabupaten Rembang.



“Contoh motifnya garuda, buah kawis, iwak pindang, siwalan. Pernah jalan-jalan ke Marongan, karang kena abrasi akhirnya saya bikin mofif Madongan. Isu lingkungan, politik, sosial,” kata dia.

Pekan depan, produk Hawin akan diboyong pada Tong Tong Festival 2022 di negeri Belanda. Beberapa motif yang akan dipamerkan di antaranya garuda, marongan siwalan, kawis, kopi, rajungan yang menjadi motif terlarisnya.

“Baju ready to wear 13 potong berupa jaket dan outer. Itu melalui kurasi yang sesuai. Motif unik garuda, iwak pindang, kopi,” kata dia saat ditanya persiapan mengikuti Tong Tong Festival 2022 di Den Haag, Belanda.

Banner Ekspedisi UMKM 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya