Bisnis
Rabu, 18 November 2020 - 05:27 WIB

Investasi Saham Syariah Makin Menjanjikan, Ini Alasannya

Farida Trisnaningtyas  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) pada penutupan perdagangan, Selasa (17/11/2020). (Farida Trisnaningtyas/Solopos)

Solopos.com, SOLO--Animo masyarakat untuk berinvestasi saham syariah semakin besar. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dalam lima tahun terakhir jumlah investod syariah ini meningkat drastis dari 4.980 investor pada 2015 menjadi 80.152 investor per September 2020.

Jawa Tengah pun menempati urutan keempat jumlah investor saham syariah terbanyak setelah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Advertisement

Kepala BEI Jateng II, M Wira Adibrata, mengatakan dulu pasar modal dicap cenderung negatif. Namun demikian, adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pasar modal syariah ini sudah sesuai syariah Islam, membuat masyarakat makin yakin untuk berinvestasi.

“Pada investasi saham syariah ini kita sudah tahu barangnya, laporan keuangan jelas, perusahaan bagus atau tidak, tidak ada unsur riba karena murni akadnya jual dan beli. Akan tetapi, mekanisme pasar modalnya memang sudah syariah, namu tidak semua saham syariah,” ujar dia, saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (17/11/2020).

Advertisement

“Pada investasi saham syariah ini kita sudah tahu barangnya, laporan keuangan jelas, perusahaan bagus atau tidak, tidak ada unsur riba karena murni akadnya jual dan beli. Akan tetapi, mekanisme pasar modalnya memang sudah syariah, namu tidak semua saham syariah,” ujar dia, saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (17/11/2020).

Wira memaparkan total jumlah investor saham syariah hingga September 2020 sebanyak 80.152 investor. Jawa Tengah menempati urutan keempat dengan 8.925 investor. Di urutan pertama DKI Jakarta dengan 12.562 investor, disusul Jabar 10.747 investor, dan Jatim 10.344 investor.

Data dari Anggota Bursa (AB) sebagai penyedia layanan Sharia Online Trading System (AB-SOTS) dalam lima tahun terakhir jumlah investor syariah meningkat lebih dari 1.500% dari 4.908 investor pada 2015 menjadi 80.152 investor per September 2020 dengan keaktivan mencapai 25,2%.

Advertisement

Perbedaan

Di sisi lain, saham syariah dan saham nonsyariah sama-sama merupakan surat berharga yang diperdagangkan di pasar yang sama. Akan tetapi, ada tiga hal mendasar yang membedakan saham syariah dan nonsyariah.

Saham perusahaan bisa dinyatakan sebagai saham syariah apabila bisnis dalam hal ini adalah produk atau jasa yang ditawarkan atau dihasilkan oleh perusahaan tersebut tidak melanggar syariat Islam. Misalnya, jika perusahaan memproduksi minuman keras, berbisnis dengan penghasilan utama riba, produk yang dihasilkan lebih banyak mudaratnya, seperti rokok dan sebagainya.

Selain itu, total utang berbasis riba tidak boleh lebih dari 45% dari total aset. Sedangkan pendapatan nonhalal tidak boleh lebih dari 10% dari total pendapatan.

Advertisement

Ia mencontohkan pendapatan nonhalal misalnya PT ABC merupakan pabrik kertas. Perusahaan tersebut memproduksi barang yang tidak melanggar syariat Islam. Jadi untuk syarat pertama, PT ABC ini lolos.

Setelah itu, ditelaah lagi laporan keuangannya, apakah hutangnya tidak lebih dari 45%. Ternyata hutang PT ABC tidak melebihi yang ditentukan.

Jika dua syarat terpenuhi, kemudian dicek lagi pendapatannya dari mana saja. Ternyata setelah dicek, kertas yang dihasilkan tadi juga disuplai ke pabrik rokok dan pendapatannya melebihi 10% dari total pendapatan. Maka, PT ABC tadi belum bisa dinyatakan sebagai perusahaan syariah.

Advertisement

“Tidak semua saham yang melantai di bursa efek adalah saham syariah. Namun demikian, 63% emiten dari total 709 emiten yang melantai di pasar modal adalah saham syariah. Misalnya, yang nonsyariah itu seperti perbankan konvensional, rokok, dan bir. Sekarang ini banyak sekuritas yang melakukan sistem transaksi saham syariah yang memenuhi prinsip syariah di pasar modal,” imbuh dia.

Aturan Baru Hajatan Pernikahan Solo: Standing Party Justru Dianggap Lebih Berbahaya, Ini Alasannya

Lebih Tenang

Sementara itu, Influencer dan Investor, Analisa Widyaningrum, dalam talkshow via Instagram pada Shariah Investment Week 20202 bertajuk Tenang Sesuai Syariah, Selasa (17/11/2020), mengatakan menjadi investor saham syariah sejak tiga tahun lalu.

“Awalnya saya percaya dengan perbankan syariah dulu. Saat itu saya ingin cari yang yakin dan bikin tenang di luar bank konvensional. Kami tetap pakai bank konvensional, tapi kami tutup utang kami di sana. Lalu saya lihat postingan influencer soal saham syariah, saya tertarik kemudian ikut sekolah pasar modal. Saya itu ingin tenang dengan melakukan sesuatu yang kami yakini, maka saya pilih saham syariah,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif