SOLOPOS.COM - Ilustrasi properti tanah dan rumah. (Ilustrasi/Solopos Dok)

Solopos.com, SOLO — Sektor properti menjadi salah satu ladang investasi yang dilirik masyarakat meski harganya kian mahal.

Berdasarkan data dari platform survei Populix berjudul Insights and Future Trends of Investment in Indonesia November 2022, sebanyak 95% responden mengaku berencana berinvestasi. Mayoritas produk investasi yang dipilih meliputi emas batangan (49%), perhiasan emas (42%), saham (42%) dan properti (37%).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Survei tersebut dilakukan kepada 1.038 responden dengan 51% responden adalah laki-laki dan 49% sisanya adalah perempuan. Mayoritas investor generasi zenial (Gen Z) lebih tertarik berinvestasi di reksa dana. Di samping itu Milenial dan Gen Z juga tertarik berinvestasi emas. Mayoritas responden juga memilih berinvestasi produk yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan mempunyai profil risiko rendah.

Dikutip dari laman rumah123.com, pada Selasa (17/10/2023), ada lima kelebihan Kota Solo sebagai lokasi investasi properti. Pertama adalah stabilitas ekonomi Kota Solo. Rata-rata kondisi ekonomi Kota Solo berada di kisaran 5,4% setiap tahunnya.

Meski dalam keadaan pandemi, Solo masih mempertahankan komoditas kebutuhan pokok dan menekan angka inflasi 0,02 persen pada bulan April 2021. Hal ini disebabkan oleh perputaran uang di Solo yang cukup tinggi dibandingkan Yogyakarta dan Semarang, serta pesatnya pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengaj (UMKM) kota tersebut.

Kemudian iklim usaha Kota Solo yang kondusif. Selanjutnya perkembangan fasilitas dan infrastruktur yang masif. Adanya pilihan investasi properti dan kota nyaman untuk pensiun menjadi faktor tersendiri.

Sementara itu, Sekretaris Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Jawa Tengah (Jateng), Eko Rahardjo, menyebut bisnis properti saat ini masih dapat dikatakan sektor yang bisa bertahan dibandingkan sektor lainnya. Namun menurut dia dengan harga lahan yang semakin tinggi perlu adanya peran pemerintah untuk memberikan insentif kemudahan sebagai kompensasi harga lahan yang tinggi.

“Karena kebutuhan rumah masih sangat tinggi,” ujar dia. Eko menjelaskan properti dapat sebagai instrumen investasi yang baik setelah emas.

“Baik yang mana tergantung situasi ekonomi dan politik yang sedang terjadi,” tambahnya. Selain itu, menurut Eko ada beberapa tantangan investasi properti. Misalnya, memudahan perizinan, Rencana Tata Ruang Wilayh (RTRW) yang mendukung, insentif untuk pengembang dan konsumen, kemudahan pembiayaan.

Sedangkan menurut Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Soloraya, Samari, menyebut ada sepuluh keuntungan investasi di sektor properti. Pertama, tingkat risiko yang rendah. “Terlihat bentuk fisiknya seperti rumah, apartemen, gedung dan juga ruko. Kemudian cenderung lebih stabil pergerakannya, sehingga tidak terancam inflasi,” ujar Samari.

Kemudian menurut dia investasi properti masih menjanjikan imbal hasil yang tinggi dengan harga yang cenderung meningkat. Selain itu, bisa pula dijadikan passive income dan agunan atau jaminan ketika dibutuhkan. Samari menjelaskan pemilik properti memegang kontrol aset sesuai yang diinginkan.

“Kemudian untuk investasi jangka panjang dan instrumen tabungan jangka panjang. Serta memiliki banyak peminat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya