Bisnis
Senin, 24 Oktober 2022 - 21:07 WIB

Intip Strategi Kementerian ESDM Kurangi Pemanfaatan Energi Fosil

Newswire  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara milik PLN.(Antara/PLN)

Solopos.com, JAKARTA – Koordinator Penyiapan Program Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Qatro Romandhi, menyampaikan lembaganya melancarkan strategi implementasi dalam mengurangi pemanfaatan energi fosil.

“Kementerian ESDM memiliki beberapa strategi implementasi dalam mengurangi pemanfaatan energi fosil dan perencanaan energi baru terbarukan (EBT) jangka panjang,” kata Qatro pada seminar web bertajuk “Ancaman Resesi Global: Ekonomi Hijau di Persimpangan Jalan” di Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin (24/10/2022).

Advertisement

Pertama yakni menghentikan operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, di mana hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden No. 112/2022 yang mengatur mengenai pengaturan percepatan pengembangan pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan.

Selanjutnya, percepatan pengembangan EBT, terutama pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan PLT Bayu. “Contohnya di Kalimantan Utara itu dibangun pembangkit listrik tenaga air untuk melistriki. Dan disebutkan bahwa Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah merencanakan untuk membangun 20,9 giga watt berasal dari PLT EBT,” ujar Qatro.

Baca Juga: Masyarakat Disarankan segera Beralih ke Kompor Listrik, Ini Alasannya!

Advertisement

Strategi implementasi selanjutnya adalah penggunaan teknologi yang efisien, yang berada di sektor pengguna, di antaranya sektor industri, bangunan, gedung, rumah tangga, dan transportasi. “Ini yang perlu kita sama-sama membantu supaya penggunaan energi final bisa turun,” kata Qatro.

Terakhir, yakni mempromosikan penggunaan kendaraan listrik dan kompor induksi. Menurut Qatro, strategi tersebut perlu dilancarkan mengingat produksi minyak terus mengalami penurunan, sedangkan konsumsi tidak pernah turun.

Konsumsi energi selalu meningkat karena pertumbuhan mobil listrik dengan pertumbuhan kebutuhan mobil dengan mesin pembakaran internal atau internal combustion engine (ICE) tidak sama, di mana kendaraan ICE tumbuh jauh lebih tinggi. “Artinya apa, pada saat produk minyak terus menurun, sementara yang diperlukan tinggi, pasar dalam negeri akan memerlukan importasi,” kata Qatro. Untuk itu, dibutuhkan utilisasi sumber energi alternatif, yang dapat mengurangi ketergantungan impor, yaitu penggunaan EBT.

Advertisement

Baca Juga: Kementerian ESDM: Izin Usaha SPBU Swasta Masih Terbuka

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif