Bisnis
Selasa, 24 Oktober 2023 - 16:56 WIB

Inflasi Solo Tinggi di Wilayah Jateng, soal Harga Pangan Bawa Andil Terbesar

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana focus group discussion (FGD) Statistik Harga dengan tema Inflasi Solo Kini & Nanti yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, The Sunan Hotel Solo, pada Selasa (24/10/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo). (Istimewa).

Solopos.com, SOLO —  Kepala BPS Solo, Ratna Setyowati menjelaskan inflasi menjadi salah satu penentu keberhasilan kota, provinisi, ataupun nasional.

Ketika inflasi terlalu tinggi, hal ini mengakibatkan daya beli masyarakat menurun terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan. Selain itu, bisa menyebabkan peningkatkan angka kemiskinan.

Advertisement

Hal itu disampaikan Ratna saat Badan Pusat Statistik (BPS) Solo menggelar focus group disussion (FGD) dengan tajuk Statisik Harga Inflasi Solo Kini & Nanti di The Sunan Hotel Solo, Selasa (24/10/2023).

“Maka perlu ada sinergi dan kolaborasi, hal ini didukung dengan berbagai program, dan harapannya koordinasi yang telah ada, dapat terjalan kembali,” tambah Ratna.

Advertisement

“Maka perlu ada sinergi dan kolaborasi, hal ini didukung dengan berbagai program, dan harapannya koordinasi yang telah ada, dapat terjalan kembali,” tambah Ratna.

Ratna menguraikan kondisi terakhir inflasi di Kota Solo pada September tercatat 2,8% secara year on year (yoy). Kemudian tingkat inflasi di Kota Solo cenderung tinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Tengah (Jateng).

Kondisi akhir tahun saat ini yang membawa dampak pada kondisi stok pangan, nilai rupiah, serta dampak ekonomi global menjadi warning pengendalian inflasi.

Advertisement

Sebab, hal itu menjadi disrupsi rantai pasok global dan kondisi cuaca dan manajemen pascapanen yang belum optimal.

Izza menjelasan dampak negatif inflasi salah satunya  yaitu pendapatan riil masyarakat menurun, kemudian masyarakat miskin semakin miskin. “Ketidakpastian pelaku ekonomi dalam pengambilan keputusan,” ujarnya.

Kemudian tingkat suku bunga dan investasi menjadi tidak kompetitif.

Advertisement

Langkah Pengendalian Inflasi

Oleh sebab itu, sambung Izza, ada beberapa langkah untuk pengendalian inflasi di sektor pangan. Pertama, bisa dimulai dari produksi dan pascapanen, distribusi, tata niaga, dan konsumsi.

Ketika inflasi rendah terkendali, maka harga naik stabil, kemudian daya beli masyarakat stabil, serta permintaan relatif stabil.

Ketika permintaan meningkat maka permintaan faktor produksi juga naik dan pengangguran turun. Selanjutnya ketika pertumbuhan ekonomi naik, maka pendapatan, permintaan, dan pendapatan juga naik.

Advertisement

Ada beberapa strategi pengendalian inflasi, misalnya dari segi ketersediaan pasokan dengan menggerakkan penanaman hortikultura di tingkat RT dan perluasahan lahan tanaman oleh pemerintah.

Kemudian dari sisi keterjangkauan harga, yaitu dilakukan efektivitas pengawasan fair trade oleh pemerintah setempat dan Satgas Pangan. Serta penambahan komoditas yang diawasi oleh Satgas Pangan.

Kepala Divisi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Hafidh Amrillh menjelaskan salah satu tugas tunggal BI yakni menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah.

Hafidh menjelaskan inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran, permintaan, dan ekspektasi inflasi.

Inflasi perlu ditekan. Jika tidak terkendali, maka akan menyebabkan penurunan daya beli, kesenjangan pendapatan melebar, menghambat investasi produktif.

Kemudian mengurangi keinginan masyarakat untuk menabung, dan berkurangnya daya saing produk nasional.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif