SOLOPOS.COM - Suasana focus group discussion (FGD) Statistik Harga dengan tema Inflasi Solo Kini & Nanti yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, The Sunan Hotel Solo, pada Selasa (24/10/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo). (Istimewa).

Solopos.com, SOLO —  Kepala BPS Solo, Ratna Setyowati menjelaskan inflasi menjadi salah satu penentu keberhasilan kota, provinisi, ataupun nasional.

Ketika inflasi terlalu tinggi, hal ini mengakibatkan daya beli masyarakat menurun terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan. Selain itu, bisa menyebabkan peningkatkan angka kemiskinan.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Hal itu disampaikan Ratna saat Badan Pusat Statistik (BPS) Solo menggelar focus group disussion (FGD) dengan tajuk Statisik Harga Inflasi Solo Kini & Nanti di The Sunan Hotel Solo, Selasa (24/10/2023).

“Maka perlu ada sinergi dan kolaborasi, hal ini didukung dengan berbagai program, dan harapannya koordinasi yang telah ada, dapat terjalan kembali,” tambah Ratna.

Ratna menguraikan kondisi terakhir inflasi di Kota Solo pada September tercatat 2,8% secara year on year (yoy). Kemudian tingkat inflasi di Kota Solo cenderung tinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Tengah (Jateng).

Kondisi akhir tahun saat ini yang membawa dampak pada kondisi stok pangan, nilai rupiah, serta dampak ekonomi global menjadi warning pengendalian inflasi.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Izza Mafruhah menguraikan pentingnya pengendalian inflasi dan ketahanan pangan.

Sebab, hal itu menjadi disrupsi rantai pasok global dan kondisi cuaca dan manajemen pascapanen yang belum optimal.

Izza menjelasan dampak negatif inflasi salah satunya  yaitu pendapatan riil masyarakat menurun, kemudian masyarakat miskin semakin miskin. “Ketidakpastian pelaku ekonomi dalam pengambilan keputusan,” ujarnya.

Kemudian tingkat suku bunga dan investasi menjadi tidak kompetitif.

Langkah Pengendalian Inflasi

Oleh sebab itu, sambung Izza, ada beberapa langkah untuk pengendalian inflasi di sektor pangan. Pertama, bisa dimulai dari produksi dan pascapanen, distribusi, tata niaga, dan konsumsi.

Ketika inflasi rendah terkendali, maka harga naik stabil, kemudian daya beli masyarakat stabil, serta permintaan relatif stabil.

Ketika permintaan meningkat maka permintaan faktor produksi juga naik dan pengangguran turun. Selanjutnya ketika pertumbuhan ekonomi naik, maka pendapatan, permintaan, dan pendapatan juga naik.

Ada beberapa strategi pengendalian inflasi, misalnya dari segi ketersediaan pasokan dengan menggerakkan penanaman hortikultura di tingkat RT dan perluasahan lahan tanaman oleh pemerintah.

Kemudian dari sisi keterjangkauan harga, yaitu dilakukan efektivitas pengawasan fair trade oleh pemerintah setempat dan Satgas Pangan. Serta penambahan komoditas yang diawasi oleh Satgas Pangan.

Kepala Divisi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Hafidh Amrillh menjelaskan salah satu tugas tunggal BI yakni menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah.

Hafidh menjelaskan inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran, permintaan, dan ekspektasi inflasi.

Inflasi perlu ditekan. Jika tidak terkendali, maka akan menyebabkan penurunan daya beli, kesenjangan pendapatan melebar, menghambat investasi produktif.

Kemudian mengurangi keinginan masyarakat untuk menabung, dan berkurangnya daya saing produk nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya