SOLOPOS.COM - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo, Ratna Setyowati, memaparkan Berita Resmi Statistik, di Aula Kantor BPS Solo, pada Selasa (1/8/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Dalam kurun waktu Juni hingga Juli 2023, Kota Solo menjadi kota dengan inflasi tertinggi di Jawa Tengah (Jateng). Pada Juli 2023, Kota Solo mengalami inflasi sebesar 0,31% dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 117,04.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo, Ratna Setyowati, menguraikan penyumbang inflasi ini adalah beberapa komoditas yang masih mengalami kenaikan. Selain itu, menurut Ratna, adanya fenomena kenaikan tarif Perusahaan Air Minum (PAM) di Kota Solo menjadi salah satu penyebab. Karena sektor ini digunakan oleh masyarakat Kota Solo sehingga memberikan andil yang tidak sedikit terhadap inflasi Juli.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Kami sampaikan di sini inflasi Juli tercatat 0,31%, artinya terhadap Juni 2023 ada perubahan IHK sebesar 0,31%. Sedangkan perubahan IHK dibandingkan Desember 2022, inflasi tahun kalender tercatat 1,91%, dan terdapat 3,69% inflasi bulan ini dibandingkan Juli 2022,” papar Ratna dalam rilis Berita Resmi Statistik (BRS) di Kantor BPS Solo pada Selasa (1/8/2023).

Lebih lanjut, Ratna menjelaskan hal ini memberikan gambaran terkait harga sejumlah komoditas pada Juli yang masih merangkak naik. Apalagi, pada Juli merupakan momentum ajaran baru sekolah sehingga juga menjadi memengaruhi pengeluaran warga di Kota Bengawan.

Ratna juga menguraikan besaran inflasi Kota Solo pada Juli, masih lebih tinggi dibandingkan angka inflasi Jateng sebesar 0,2% dan nasional sebesar 0,21%. Sebagai informasi, inflasi tertinggi kedua di Jateng adalah Kota Semarang sebesar 0,23%, Kota Kudus sebesar 0,17%, Kota Purwokerto sebesar 0,15%, Kota Tegal sebesar 0,08% dan Kota Cilacap sebesar 0,02%.

Kemudian komoditas atau kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang inflasi pada Juli masih didominasi pada komoditas daging ayam seperti bulan sebelumnya. Ratna juga memprediksi harga daging ayam cenderung tinggi seiring dengan momentum Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia pada Agustus ini.

Daging ayam ras mengalami kenaikan harga sebesar 0,08%, kemudian bawang putih sebesar 0,07%, telur ayam ras sebesar 0,06%, tarif PAM sebesar 0,05%, dan SMA sebesar 0,03%. “Di beberapa kota lain, pendidikan juga menjadi kelompok pengeluaran yang memengaruhi inflasi, cuma lebih bervariasi, misalnya di tingkat SD dan SMP, serta perguruan tinggi relatif stabil,” tambah Ratna.

Ratna juga menguraikan komoditas penyumbang deflasi yaitu yang menekan harga. Misalnya harga cabai rawit mengalami deflasi sebesar -0,03%, bawang merah -0,03%, bayam -0,02%, dan minyak goreng -0,02%, serta tomat -0,02%.

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispartan KPP) Solo, Eko Nugroho Isbandijarso, menjelaskan memang untuk pasokan bahan pangan di Kota Solo berasal dari luar daerah menjadi salah satu penyebab inflasi. Kota Solo sangat bergantung pada daerah pemasok di Soloraya.

Pihaknya fokus untuk menggeliatkan sektor urban farming atau pertanian perkotaan yang menjadi salah satu langkah menekan ketergantungan tersebut. “Urban farming salah satu solusi, untuk mengurangi ketergantungan pangan dari daerah lain. Dengan urban farming, minimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri,” terang Eko saat dihubungi Solopos.com.

Pejabat Humas Perumda Air Minum Toya Wening atau PDAM Solo, Bayu Tunggul, menjelaskan kenaikan tarif PAM dibagi menjadi dua tahap yaitu pada Januari dan Juli 2023. Masing-masing tahap tarif PAM naik sebesar 2,5%. Kenaikan tarif PAM ini karena menyesuaikan inflasi yang ada di Kota Solo. Bayu juga menjelaskan usulan kenaikan tarif dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebesar 10%, namun realisasi kenaikan hanya 5% tersebut. Sehingga kenaikan tarif PAM ini, menurut Bayu tidak terlalu signifikan.

Mengutip dari BPS Jateng, dalam laman jateng.bps.go.id, produksi padi di Kota Solo paling sedikit dibandingkan wilayah Soloraya lainnya. Pada 2020 produksi padi di Solo sebanyak 242 ton, pada 2021 sebanyak 180 ton, dan pada 2022 sebanyak 156 ton.

Tren produksi padi di Kota Solo dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Kabupaten Sragen merupakan wilayah produksi tertinggi di Soloraya yaitu pada 2020 sebanyak 714.852 ton, pada 2021 sebanyak 743.074 ton dan pada 2022 sebanyak 683.496 ton.

Disusul oleh Kabupaten Wonogiri, produksi beras di wilayah tersebut pada 2020 sebanyak 347.804 ton, pada 2021 sebanyak 405.989 ton, dan pada 2022 sebanyak 380.055 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya