SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti pasokan beras yang sering secara tiba-tiba menghilang di pasaran.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras masih menjadi penyumbang utama inflasi pada Februari 2023. Beras memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan atau 0,32 persen secara tahunan.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Di sisi lain, menurut BPS, produksi padi pada periode Januari hingga April 2023 berpotensi meningkat hingga mencapai 23,94 juta ton. Angka ini naik sebesar 0,13 juta ton atau 0,53 persen dari periode yang sama pada tahun lalu.

Perry mengatakan inflasi pangan bergejolak atau volatile food masih perlu menjadi perhatian utama dan diperlukan langkah pengendalian harga, termasuk untuk komoditas beras.

“Bulan lalu harga beras naik dimana-mana, ada berasnya, kok bisa tiba-tiba menghilang,” katanya dalam acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, Minggu (5/3/2023) seperti dilansir Bisnis.com.

Berdasarkan catatan BPS, harga beras secara tahunan mengalami kenaikan tertinggi di Palangkaraya, yaitu sebesar 29,51 persen, kemudian Madiun sebesar 21,85 persen, Kotamobagu 20,98 persen, Pekanbaru 20,05 persen, dan Bungo 18,93 persen.

Menurut BPS, kenaikan harga beras pada periode Februari 2023 salah satunya dipengaruhi oleh faktor cuaca. Curah hujan yang tinggi dan ekstrem pada periode tersebut menyebabkan kualitas gabah yang dipanen menjadi tidak baik.

“Pihak penggilingan harus mengeluarkan ongkos produksi yang lebih tinggi utk mengeringkan gabah tadi, dibandingkan dengan kualitas gabah pada umumnya. Jadi sebelum digiling biasanya ada treatment menggunakan blower sehingga cost-nya menjadi naik, berakibat pada ongkos produksi yang dibebankan pada harga jual,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini.

Pada Februari 2023, inflasi Indonesia tercatat sebesar 5,47 persen secara tahunan. Inflasi harga bergejolak tercatat mencapai 7,62 persen, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 5,71 persen.

Selain beras, komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi pada Februari 2023 diantaranya telur ayam ras, ikan segar, cabai merah, bawang merah, dan tahu mentah. Sejalan dengan itu, inflasi komponen harga yang diatur pemerintah tercatat masih tinggi, sebesar 12,24 persen. Komoditas yang mempengaruhi, yaitu bensin, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, tarif angkutan udara, tarif air minum PDAM, dan tarif angkutan dalam kota.

“Terkait harga pangan, selain akan memasuki momentum hari raya keagamaan, kita juga hadapi el nino. Oleh karena itu, the game is not over. Mari kita terus waspada dan bersinergi mengendalikan inflasi, khususnya pangan bergejolak dan harga yang diatur pemerintah,” kata Perry.

Strategi Turunkan Inflasi

Di sisi lain Gubernur BI mengungkapkan, Sinergi Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) berhasil menurunkan inflasi pangan secara signifikan pada 2022.

Perry mengatakan, inflasi pangan atau harga bergejolak (volatile food) berhasil turun dari 11,47 persen secara tahunan pada Juli 2022 ke tingkat 5,61 persen secata tahunan pada Desember 2022.

“GNPIP kami luncurkan pada Agustus tahun lalu, kemudian diarahkan pak Presiden dalam Rakornas TPID pada 18 Agustus, waktu itu inflasi pangan 11,47 persen tapi berhasil dengan GNPIP, inflasi pangan langsung turun pada akhir Desember 2022 menjadi 5,61 persen,” katanya.

Perry mengatakan penurunan yang signifikan terjadi di seluruh wilayah, termasuk di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi & Papua, serta Bali & Nusa Tenggara. Menurutnya, sinergi dan inovasi TPIP/TPID dan GNPIP akan dilanjutkan tahun ini untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan nasional.

Beberapa strategi yang akan dilakukan, yaitu,, optimalisasi operasi pasar atau pasar murah. Kedua, penguatan ketahanan komoditas pangan strategis yang mencakup gerakan budidaya pangan, replikasi best practice klaster pangan, hilirisasi produk pertanian, dan perluasan pupuk organik.

Ketiga, peningkatan pemanfaatan Alsintan dan sarana prasarana produksi. Keempat, penguatan kerja sama antar daerah. Kelima fasilitasi distribusi pangan, dan keenam penguatan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, digitalisasi, serta data pangan.

Ketujuh, penguatan koordinasi dan komunikasi, yang mencakup penguatan capacity building, peningkatan konsumsi produk olahan dan diversifikasi pangan, penguatan koordinasi kelembagaan, dan penguatan pengendalian ekspektasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya