SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan produksi industri tekstil. (panbrotherstbk.com)

Solopos.com, SOLO – Beragam upaya dan inovasi dilakukan pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia untuk dapat bertahan dari tekanan global maupun dalam negeri. Industri padat karya ini berhadapan langsung dengan anjloknya permintaan pasar domestik akibat banjir barang impor.

Wakil Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Solo, Sri Saptono Basuki, memberikan catatan khusus terkait problematik dan tantangan industri TPT dalam negeri. Industri TPT menjadi salah satu industri yang terdampak pandemi Covid-19 paling berat selama lebih dari dua tahun. Saat ini, industri TPT terus berupaya bangkit di tengah tekanan global dan resesi ekonomi luar negeri.

Promosi Telkom Dukung Pemulihan 82,1 Hektare Lahan Kritis melalui Reboisasi

“Pengetatan mata uang di sejumlah negara terutama ekspor dan lesunya market dalam negeri. Banyak problem yang dihadapi pelaku industri TPT dalam negeri pascapandemi Covid-19,” kata dia, Selasa (6/6/2023).

Basuki, sapaan akrabnya, mengatakan industri TPT mengalami pukulan ganda di pasar global dan domestik. Kinerja ekspor mengalami kontraksi akibat resesi global. Permintaan ekspor juga mengalami penurunan sejak masa pandemi Covid-19.

Problem lainnya adalah banjirnya produk  impor yang masuk ke dalam negeri. Meski sudah dibendung dengan beragam cara, produk impor terus mengalir ke dalam negeri dalam jumlah besar.

“Pasar tekstil dalam negeri tertekan oleh banjirnya produk impor. Tak hanya jumlah, harga produk impor jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri. Ini menjadi problem yang harus dipecahkan bersama-sama. Pemerintah harus mengambil kebijakan khusus guna menjaga kelangsungan industri TPT nasional,” papar dia.

Daya saing yang tinggi yang ditopang inovasi menjadi kunci industri TPT bisa bertahan. Apabila produk memiliki kualitas dan berdaya saing tinggi berpotensi diterima pasar ekspor. Selain itu, beragam inovasi harus dilakukan untuk mengembangkan produk. Hal ini bagian dari menjangkau pasar baru serta mengefisiensikan produksi.

Apabila kelangsungan industri TPT nasional terjaga berimplikasi pada meningkatnya serapan tenaga kerja. “Industri TPT merupakan padat karya yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar. Kelangsungan industri TPT harus dijaga agar bisa bertahan dan perlahan-lahan tumbuh,” papar dia.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, industri TPT menjadi katalis dalam mendorong perekonomian nasional. Pada 2022, potensi industri TPT nasional mampu menyerap sebanyak 3,6 juta orang dan berkontribusi sebesar 6,38 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.

Selama ini, Indonesia menjadi pasar utama, basis produksi, dan pusat ekspor industri TPT. Selain pasar ekspor, potensi pasar domestik sangat menjanjikan dengan bonus demografi serta kondisi politik dan ekonomi yang relatif stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya