SOLOPOS.COM - Ilustrasi pekerja pabrik tekstil (JIBI/Bisnis/Dok)

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim sudah melakukan inventarisasi terhadap perusahaan-perusahaan di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki berorientasi ekspor yang terancam gulung tikar.

Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Farmasi (IKFT) Ignatius Warsito menyebutkan inventarisasi industri yang dilakukan Kemenperin ini memang difokuskan pada perusahaan industri padat karya yang berorientasi ekspor.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Pada dasarnya, inventarisasi industri difokuskan ke industri-industri berbasis padat karya dan berorientasi ekspor,” kata Warsito saat dihubungi, Senin (17/4/2023) seperti dilansir Bisnis.

Lebih lanjut Warsito menjelaskan, di sektor IKFT yang dipimpinnya ada dua subsektor industri yang menjadi bagian dari inventarisasi industri ini, yaitu industri TPT serta industri alas kaki. Dia menyebutkan, saat ini proses inventarisasi perusahaan-perusahaan tersebut masih berjalan.

“Perihal inventarisasi perusahaan perusahaan tekstil, masih dalam proses ya, sedang dilakukan mitigasi dan dampaknya,” tambahnya.

Setelah dilakukan mitigasi dan telah diketahui dampak yang akan menimpa kedua subsektor industri tersebut, Warsito menyebut pihaknya kemudian akan mencarikan solusi bagi perusahaan yang tengah terancam gulung tikar tersebut.

Hal ini menurutnya memang merupakan tujuan utama dari inventarisasi industri yang digelar pihaknya. “Inventarisasi ini untuk antisipasi dan mitigasi industri serta mencarikan solusi bagi industri,” terang Warsito.

Saat ini, pihaknya telah mengantongi data beberapa perusahaan tekstil yang terancam gulung tikar. Meskipun Warsito tidak menjelaskan dimana serta berapa jumlah perusahaan yang datanya telah dikumpulkan Kemenperin dalam hal ini.

Industri TPT dan alas kaki sendiri merupakan dua subsektor industri manufaktur yang berorientasi ekspor dan terdampak penurunan permintaan ekspor yang drastis akibat ketidakstabilan perekonomian global.

Hal ini berdasarkan Pasal 3 ayat 2 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Penyesuaian Waktu Kerja dan Pengupahan pada Perusahaan Industri Padat Karya Tertentu Berorientasi Ekspor yang Terdampak Perubahan Ekonomi Global.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, industri TPT dan alas kaki terdampak penurunan permintaan dari luar negeri yang drastis sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina, tepatnya pertengahan 2022.

Hal ini kemudian menyebabkan sejumlah perusahaan di kedua subsektor industri tersebut memangkas sebagian karyawannya untuk bertahan. Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri menyebutkan pihaknya bahkan pesimistis kondisi ini akan berlanjut hingga semester I/2024.

Terpuruknya industri tekstil disebut juga akibat tren thrifting. Keberadaan produk thrifting disebut sangat mengganggu perkembangan produk dalam negeri, terutama produk UMKM.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyambut baik respons pemerintah terkait maraknya produk tekstil impor bekas atau yang dikenal produk thrifting.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah (Jateng), Dewanto Kusuma Wibowo belum lama ini, mengatakan keresahan mengenai maraknya thrifting sudah cukup lama.

“Memang dengan adanya thrifting, ini cukup mengganggu teman-teman yang ada di industri tekstil terutama di kalangan UMKM. Sebab mereka yang bersinggungan langsung dengan itu,” kata dia saat dihubungi, Rabu (15/3/2023).

Dia pun menyambut baik ketegasan Presiden Jokowi yang akan membereskan persoalan tersebut. “Kami berterima kasih, setidaknya kami yang berada di dunia tekstil bisa bernafas lega. Ada harapan ke depan yang bisa digarap,” lanjut dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya