SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan produksi industri tekstil. (panbrotherstbk.com)

Solopos.com, SOLO – Industri padat karya yang berorientasi ekspor berpotensi terdampak isu resesi ekonomi global dan terus dihadapkan dengan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini tercermin pada penurunan agregat permintaan ekspor produk tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki.

Kondisi industri padat karya khususnya TPT yang mencakup garmen dan alas kaki kian mengkhawatirkan di tengah ancaman resesi ekonomi global. Permintaan dari psar global, utamanya negara-negara maju merosot tajam pada akhir semester II/2022. Kondisi tersebut diperkirakan berlanjut hingga kuartal I/2023. Sehingga memaksa perusahaan-perusahaan di sektor tersebut untuk mengurangi produksi secara signifikan dan berujung pada pengurangan jam kerja hingga kebijakan PHK.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sukoharjo, Yunus Arianto, mengatakan para pelaku industri TPT saat ini masih kesulitan melakukan ekspor karena penurunan order sejak munculnya pandemi Covid-19 pada 2020. Di sisi lain, produk impor membanjiri pasar domestik.

“Sektor industri padat karya seperti TPT dan alas kaki masih sangat berat. Permintaan order belum normal dari negara-negara maju. Ditambah harga bahan baku yang mahal. Ini problem tersendiri yang dihadapi industri padat karya,” kata dia, saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (31/1/2023).

Ari, sapaan akrabnya, mengatakan para pelaku industri padat karya belum bisa memastikan kapan permintaan order ekspor kembali normal. Hal ini erat kaitannya dengan kondisi ekonomi global. Terlebih, ancaman resesi ekonomi global bakal berdampak nyata bagi sektor industri TPT secara nasional.

Dia berharap agar ekspor industri padat karya bisa pulih di kuartal kedua pada 2023. Dengan begitu, pengurangan produksi hingga ancaman PHK karyawan bisa dihindari oleh perusahaan-perusahaan. “Meskipun resesi ekonomi global belum tentu terjadi, paling tidak kondisi industri TPT yang terpukul paling parah akibat Covid-19 semakin lambat untuk recovery dan kembali normal,” ujar dia.

Di Sukoharjo, industri tekstil dan aneka tekstil yang berorientasi ekspor lebih dari lima perusahaan. Produk TPT harus bersaing dengan produk impor yang membanjiri pasar domestik dengan harga bersaing.

General Manager HRD PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk, Sri Saptono Basuki, mengatakan kondisi industri tekstil masih cukup berat untuk kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Kondisi ini ditambahnya belum terkendalinya impor fesyen thrifting yang membanjiri Soloraya. Harapannya, pemerintah segera merealisasikan pengendalian impor ilegal untuk menjaga kelangsungan ketahanan sandang terutama industri TPT yang menyerap puluhan ribu hingga ratusan ribu tenaga kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya