Bisnis
Senin, 12 Juni 2023 - 20:27 WIB

Industri di Boyolali Terus Tumbuh dan Kuat, Serikat Pekerja Justru Melemah

Maymunah Nasution  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi buruh pabrik.(Freepik).

Solopos.com, BOYOLALI — Masifnya industri di Kabupaten Boyolali tidak diiringi dengan bertambah kuatnya serikat pekerja.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Boyolali, Wahono, saat dihubungi Solopos.com, Senin (12/6/2023).

Advertisement

“Memang bagus investor semakin banyak yang masuk ke Boyolali karena menyerap tenaga kerja yang semakin banyak dan meningkatkan perekonomian daerah. Namun saya dari pihak serikat pekerja merasa semakin lemah. Tahun 2015 KSPN memiliki 12.000 anggota, tetapi sekarang malah hanya 6000-7000 anggota saja, tinggal separuhnya,” ujar Wahono saat dihubungi Solopos.com, Senin (12/6/2023).

Wahono mengatakan selain karena semakin banyak anggota serikat pekerja akhirnya pensiun, ada ketakutan bagi tenaga kerja untuk bergabung ke serikat.

Advertisement

Wahono mengatakan selain karena semakin banyak anggota serikat pekerja akhirnya pensiun, ada ketakutan bagi tenaga kerja untuk bergabung ke serikat.

Dia bercerita sistem Pegawai Kontrak Waktu Tertentu (PKWT) membuat daya tawar tenaga kerja rendah. Mereka bekerja dengan ketakutan kontrak tidak dilanjutkan atau tidak diangkat menjadi pegawai tetap.

Sementara itu, bagi tenaga kerja kontrak yang bergabung dengan serikat pekerja seringnya akan diawasi oleh pihak perusahaan untuk kemudian dicari kesalahan-kesalahannya.

Advertisement

Wahono mengakui pemberi kerja di Boyolali tidak mendukung para buruh untuk berserikat di luar serikat internal perusahaan.

Namun serikat pekerja internal perusahaan dikuasai oleh pekerja yang mampu dikondisikan oleh pihak manajemen perusahaan. Menurut Wahono, hal ini menimbulkan perpecahan antar buruh di Boyolali.

Hal ini terlihat saat rapat diskusi penambahan upah pekerja, ada beberapa serikat pekerja internal perusahaan yang justru mengusulkan tidak ada penambahan upah pekerja atau memilih mengikuti keputusan perusahaan.

Advertisement

Wahono berpendapat hal ini menjadi masalah karena serikat pekerja dianggap buruh yang bergabung di dalamnya sebagai kelompok yang mampu diajak memperjuangkan kenaikan upah dan kesejahteraan mereka.

Sementara itu, Ketua KSPSI Jawa Tengah, Wahyu Rahadi, mengakui keadaan di Boyolali memang unik karena banyak perusahaan besar tetapi serikat pekerja sangat lemah.

“Sekarang yang saya tahu hanya ada KSPN itu, dulu ada beberapa serikat lain dan sangat kuat. Kondisi yang ada adalah perusahaan-perusahaan tersebut mendorong terbentuknya serikat pekerja independen yang akhirnya hanya berkutat di permasalahan internal perusahaan,” papar Wahyu saat dihubungi Solopos.com, Senin.

Advertisement

Wahyu mengatakan pembentukan serikat pekerja seharusnya tidak melalui mediasi pemerintah dan lebih baik muncul dari kesadaran para pegawai. Namun dia mengakui beberapa kali timnya mencoba memasuki Boyolali tetapi mendapat penolakan.

Penolakan didapat dari perusahaan yang terkesan cenderung sudah memagari diri, sementara serikat pekerja yang disusun oleh manajemen internal perusahaan malah memiliki resistensi untuk bergabung dalam serikat buruh bersama para buruh dari perusahaan lain.

Wahyu juga mengingatkan masalah di Boyolali selanjutnya adalah banyak perusahaan tidak memiliki serikat pekerja. Menurutnya hal ini menjadi tantangan bagi teman-teman untuk membangun serikat pekerja yang kuat di Boyolali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif