SOLOPOS.COM - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso meninjau pembongkaran beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). Perum Bulog mengimpor 5.000 ton beras asal Vietnam yang dialokasikan untuk pemenuhan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dilakukan secara bertahap sehingga sampai Desember 2022 total importasi beras sebanyak 200.000 ton. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym.

Solopos.com, JAKARTA  Indonesia kembali mengimpor beras walau sudah mendapatkan predikat swasembada beras setelah tiga tahun berturut-turut mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa impor.

Indonesia bahkan meraih penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) atas pencapaian swasembada beras. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Bustanul Arifin, menegaskan bahwa importasi yang dilakukan tidak akan mengganggu status swasembada beras Indonesia, karena impor yang dilakukan hanya 1,7 persen dari kebutuhan nasional.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Impor beras ini juga tidak mengganggu status swasembada beras, karena masih jauh di bawah 10 persen. Ini sesuai standar FAO,” kata Bustanul dalam keterangan resmi, Kamis (22/12/2022).

Bustanul yang juga Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) menyampaikan pemerintah dalam mengambil kebijakan impor beras sudah melalui pertimbangan yang matang dan koordinasi intensif dengan stakeholder terkait. Kebijakan impor beras dilakukan hanya oleh Perum Bulog untuk memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP) yang semakin menipis.

Baca Juga: Ekspor Dilarang Mulai 2023, Ini Daftar Konglomerat Bauksit di Indonesia

Cadangan beras tersebut, imbuhnya, memiliki peran penting dalam program pemerintah. Seperti penyaluran beras untuk penanggulangan bencana, stabilisasi harga, bantuan sosial dan kegiatan pemerintah lainnya.

“Impor yang dilakukan sangat terbatas baik jumlah, waktu, dan penggunaannya. Dari sisi jumlah hanya 1,7 persen dari kebutuhan nasional. Dari sisi waktu dilakukan sebelum musim panen tiba dan penggunaannya hanya untuk menguatkan cadangan beras pemerintah,” ujarnya.

Bustanul mengungkapkan sebenarnya produksi beras tahun ini mengindikasikan adanya surplus. Dia menyebut, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus mencapai 1,7 juta ton. Hanya saja, saat ini keberadaan stok beras 68 persen berada di rumah tangga, sehingga tidak bisa dibeli oleh pemerintah sebagai tambahan cadangan.

Baca Juga: 24.000 Ton Beras Impor Datang, Harga Beras Nasional Rata-Rata Masih Tinggi

Selain itu, Perum Bulog memiliki keterbatasan untuk menambah cadangan dari dalam negeri, karena harga beras di pasar jauh lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah, yakni Rp8.300 per kilogram. “Untuk itulah mengapa penguatan cadangan beras pemerintah dalam jangka pendek perlu dilakukan melalui impor, meskipun secara nasional produksi beras masih surplus,” ungkapnya.

Sebagai Informasi, realisasi kebijakan impor beras sebanyak 500.000 ton akan dilakukan secara bertahap. Sebanyak 200.000 ton beras akan masuk pada Desember 2022. Adapun, sisanya sebanyak 300.000 ton direncanakan maksimal tiba pada 24 Februari 2023, sehingga tidak berbenturan dengan masa panen raya yang diperkirakan akan jatuh pada Maret-April 2023. Hingga 20 Desember 2022, jumlah beras yang telah masuk ke Indonesia menurut data Perum Bulog sebesar 24.000 ton yang tersebar ke 3 pelabuhan yaitu Merak, Tanjung Priok, dan Panjang.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Indonesia Impor Beras Lagi, Status Swasembada Dicabut?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya