Bisnis
Rabu, 15 Maret 2023 - 08:27 WIB

IHSG Hari Ini Berpotensi Rebound, Cermati Saham-Saham Berikut

Rinaldi Mohammad Azka  /  Ibad Durrohman  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi investor memantau pergerakan saham di pasar modal. (freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi berpeluang rebound pada perdagangan hari ini, Rabu (15/3/2023), meski kemarin IHSG ditutup ambles lebih dari 2 persen.

Analis MNC Sekuritas menyebutkan IHSG terkoreksi cukup agresif sebesar 2 persen ke 6.641 disertai dengan tekanan jual yang besar. Selama IHSG masih mampu bertahan di atas 6.557 sebagai stoplossnya, maka posisi IHSG sedang berada di akhir wave v dari wave (c) dari wave [ii].

Advertisement

“Hal tersebut berarti, koreksi IHSG akan relatif terbatas untuk menguji area 6.616 dan berpeluang menguat,” jelasnya dalam publikasi riset.

IHSG ditutup ambles 2,14 persen pada perdagangan, Selasa (14/3/2023) dan meninggalkan level psikologis 6.700. Indeks komposit terkoreksi 145,14 poin ke 6.641,81 di tengah sentimen negatif eksternal. Saham-saham bank jumbo seperti BBNI, BBRI, BMRI dan BBCA kompak berada di zona merah.

Advertisement

IHSG ditutup ambles 2,14 persen pada perdagangan, Selasa (14/3/2023) dan meninggalkan level psikologis 6.700. Indeks komposit terkoreksi 145,14 poin ke 6.641,81 di tengah sentimen negatif eksternal. Saham-saham bank jumbo seperti BBNI, BBRI, BMRI dan BBCA kompak berada di zona merah.

Adapun saham UNTR, ADRO, hingga TLKM, memimpin penguatan big cap pada perdagangan kemarin. Hanya terdapat 101 saham yang parkir di zona hijau saat penutupan, sementara mayoritas 478 saham melemah dan 146 saham ditutup stagnan.

Seluruh sektor terpantau ditutup melemah dengan koreksi terdalam terjadi pada IDXTRANS yang turun 3,93 persen. Sektor teknologi menyusul dengan pelemahan sebesar 3,07 persen dan sektor energi turun 2,94 persen.

Advertisement

Di sisi lain, kolapsnya Silicon Valley Bank di Amerika Serikat (AS) disebut hanya memberikan kepanikan sementara di sektor perbankan dan teknologi. Secara fundamental, sektor bank Indonesia masih cukup baik.

Equity Analyst NH Korindo Leonardo Lijuwardi menilai dampak kejatuhan SVB tidak signifikan dan tidak sistemik terhadap Indonesia.

“Dalam jangka pendek memang akan ada kepanikan secara psikologis atau panic selling terhadap saham-saham yang memiliki eksposur terhadap sektor tersebut. Jika dalam jangka menengah, seharusnya sentimen ini tidak memiliki dampak bagi sektor finansial di Indonesia serta tidak semasif kasus Lehman Brothers pada 2008 terdahulu,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/3/2023).

Advertisement

Adapun, pemerintah AS juga sudah turun tangan dan bergerak cepat untuk mengatasi masalah ini. Untuk perbankan dan finansial, terutama untuk bank-bank besar di Indonesia tidak begitu berdampak. Alasannya, model bisnis dari perbankan tersebut sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan SVB dan Signature Bank.

Perbankan Indonesia terutama big banks dalam pemberian utang juga cukup konservatif dan tidak terlalu menargetkan kreditur dengan profil risiko dan sektor bisnis yang memiliki risiko tinggi. Lebih jauh, katalis utama bagi saham-saham sektor perbankan dan teknologi masih berasal dari laju suku Bunga The Fed, yang akan ditentukan pada rapat 21-22 Maret 2023.

“Memang, dengan adanya sentimen SVB ini pelaku pasar cukup berharap bahwa ada probabilitas supaya dalam FOMC selanjutnya, The Fed semoga tidak menaikkan kembali suku bunga secara agresif dan lebih dovish. Hal ini merupakan salah satu katalis yang menurut saya cukup berpengaruh terhadap kedua sektor tersebut,” katanya.

Advertisement

Adapun katalis lain yang bisa berpengaruh bagi sektor teknologi serta indeksnya adalah kembali ke fundamental masing-masing perusahaannya, yaitu jalan untuk menuju profitabilitas serta efisiensi dari perusahaan di sektor tersebut.

“Seperti yang kita bisa lihat bersama untuk regional Asia Tenggara di kuartal IV/2023 untuk Sea Limited sudah mulai menunjukkan profitabilitas, dan semoga ini menjadi katalis positif yang bisa memicu emiten-emiten lain di Indonesia untuk mencapai profitabilitasnya,” tuturnya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Solopos.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif