SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini, Rabu (14/6/2023) berpotensi menanjak seiring dengan ekspektasi The Fed menahan suku bunga acuan setelah rilis data inflasi Amerika Serikat yang menurun.

CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan pola pergerakan IHSG saat ini masih terlihat berada dalam rentang konsolidasi wajar di tengah capital inflow yang masih tercatat sepanjang 2023.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Laporan kinerja emiten dan stabilnya perekonomian masih menjadi penopang pergerakan IHSG hingga saat ini,” paparnya dalam publikasi riset seperti dilansir Bisnis.com.

William memprediksi IHSG bergerak di rentang 6.636-6.789 pada perdagangan hari ini.

Rekomendasi saham pilihannya adalah BBRI, GGRM, ICBP, ASII, JSMR, KLBF, dan WIKA.

Sebelumnya IHSG ditutup turun 0,05 persen atau 3,3 poin ke evel 6.719 pada perdagangan Selasa (13/6/2023) sore, setelah bergerak volatil.

Sebanyak 237 saham menguat, 291 saham melemah, dan 219 saham stagnan. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada kisaran 6.697-6.744. Dari faktor global, inflasi AS terus melanjutkan tren penurunannya pada bulan Mei 2023, meskipun masih di atas target 2 persen The Fed.

Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa (13/5/2023), inflasi atau Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,1 persen pada Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya, setelah sebelumnya mengalami kenaikan 0,4 persen pada April 2023.

Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 4 persen pada Mei 2023 setelah sebelumnya menyentuh 4,9 persen pada bulan April.

Laju inflasi tahunan mencapai puncaknya yakni sebesar 9,1 persen pada Juni 2022, yang merupakan kenaikan terbesar sejak November 1981.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Lionel Priyadi menyampaikan rilis inflasi AS terkini akan mempengaruhi mayoritas anggota FOMC untuk memilih jeda suku bunga The Fed dalam rapat 13-14 Juni 2023.

“Meskipun begitu, kenaikan suku bunga dalam pertemuan FOMC bulan Juli masih jauh dari kepastian,” jelasnya seperti dilansir Antara.

Berdasarkan survei CME, sebagian besar analis pasar memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps di bulan Juli menjadi 5,5 persen (probabilitas 61 persen), diikuti oleh penurunan suku bunga sebesar 25 bps di bulan Desember menjadi 5,25 persen (probabilitas 44 persen). Hal ini adalah skenario pertama Samuel Sekuritas.

Dalam skenario kedua, sangat mungkin bahwa beberapa anggota FOMC, terutama yang berpandangan hawkish, mengusulkan kenaikan suku bunga sebesar 2 kali 25 bps pada kuartal III/2023, dengan alasan inflasi IHK inti yang masih tinggi.

Sementara itu, dalam skenario ketiga versi SSI, mempertimbangkan inflasi alamiah di AS, yang didorong oleh faktor-faktor kontemporer seperti harga mobil bekas, harga sewa, dan harga akomodasi, ada kemungkinan bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga di bulan Juli, jika inflasi IHK inti bulan Juni berada di bawah 3,5 persen yoy.

“Kami lebih condong ke skenario ketiga,” imbuhnya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Solopos.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya