SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (Dok/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan menembus level 7.000 pada 2022. Proyeksi ini didapatkan setelah mempertimbangkan tapering atau pengurangan pembelian obligasi oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, yang akan terjadi.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, tapering off merupakan sesuatu yang akan terjadi. Namun, menurutnya tapering off saat ini tidak akan serupa dengan yang terjadi pada 2013.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Saham dulu 55 persen kepemilikan asing, sekarang sekitar 45 persen. Ini hal yang berbeda,” kata Suria, Selasa (9/11/2021) kepada Bisnis.com.

Baca Juga: Ditetapkan Pekan Ini, Besaran UMP 2022 Yoygakarta Masih Dirahasiakan

Dia melanjutkan, ketika pengumuman tapering dikeluarkan The Fed, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kali ini mengalami kenaikan karena harga komoditas yang naik cukup tinggi.

Dia menilai, naiknya harga komoditas ini akan berlangsung cukup panjang, dan tidak bisa turun begitu saja. Dia memperkirakan kenaikan harga ini akan bertahan minimal hingga semester I/2022.

“Komoditas kita harganya masih tinggi, dan kalau sudah tinggi seperti sekarang, enggak bisa langsung turun begitu saja. Jadi jangka waktunya minimal sampai semester I tahun depan,” tuturnya.

Di tengah kondisi tapering off ini, Suria memiliki beberapa rekomendasi saham yang bisa dimasuki investor. Menurutnya, saham komoditas seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara masih cukup menarik di tengah tapering off.

Baca Juga: BTN Targetkan Pembiayaan 200.000 Rumah Bersubsidi Tiap Tahun

Selain itu, sektor lainnya adalah perbankan. Dia melihat, dengan pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang terjadi pada Juli hingga Agustus, tidak membuat kinerja bank di kuartal III/2021 terganggu.

“Telekomunikasi juga menarik dengan banyak sekali terjadinya corporate action. Itu beberapa sektor yang perlu diperhatikan,” ucapnya. Suria pun memproyeksikan IHSG pada 2022 akan mencapai level 7.000.

Sementara itu, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memproyeksikan, gerak IHSG pada 2022 bisa mencapai level 7.300 hingga 7.500. Menurutnya, akan ada beberapa faktor pendorong penguat IHSG di tahun depan.

“Faktor pendorongnya, kelanjutan pemulihan ekonomi, dan perkembangan kasus Covid-19 secara global yang terus membaik,” ucap Wawan dihubungi, Senin (8/11/2021).

Baca Juga: Mobilitas Penduduk Naik, Ekonomi RI Diharapkan Segera Pulih

Katalis Negatif

Di sisi lain, faktor pendorong lainnya menurut Wawan datang dari membaiknya fundamental korporasi di bursa. Faktor terakhir adalah masuknya kembali aliran dana asing.

Namun, Wawan mengingatkan, masih ada katalis negatif yang akan membayangi bursa tahun depan. Katalis tersebut seperti kebijakan moneter yang lebih ketat dengan kenaikan suku bunga. “Potensi kembali berlanjutnya perang dagang juga perlu dicermati,” kata dia.

Selain itu, menurutnya terdapat kekhawatiran dampak stagflasi global yang akan menjadi katalis negatif IHSG. Adapun untuk sektor pilihan di 2022, Wawan menjagokan saham-saham di sektor keuangan yang masih menjadi garda utama perbaikan ekonomi. “Sektor telekomunikasi bisa menjadi sektor defensif karena risiko gelombang berikutnya dari pandemi selalu ada,” ujar dia.

Di sisi lain, Wawan menilai aksi tapering yang dilakukan The Fed tidak berdampak signifikan ke Indonesia. Menurutnya, saat ini pasar masih lebih fokus pada perbaikan ekonomi.

Baca Juga: Cara Daftar Jadi Mitra Merchant Shopee Food, GrabFood dan GoFood

“Tapering saat ini tidak berdampak signifikan ke Indonesia, market masih lebih fokus ke perbaikan ekonomi,” kata Wawan dihubungi, Senin (8/11/2021).

Menurutnya, tapering memang berpengaruh ke aliran dana asing yang keluar dari pasar, terutama obligasi. Akan tetapi, Wawan menilai dengan skema burden sharing yang dilakukan oleh Bank Indonesia, hal tersebut tidak menjadi masalah. “Kalaupun asing keluar akan ditampung oleh investor lokal,” tutur dia.

Sebagai informasi, The Fed berencana memulai tapering akhir November 2021 dan akan berlanjut pada kecepatan US$15 miliar hingga Desember 2021. Di sisi lain, FOMC mengklarifikasi bahwa dapat mengubah kecepatan tapering sesuai kebutuhan.

Selain itu, Gubernur The Fed Jerome Powell menekankan tapering tidak akan diikuti oleh kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Dia mengatakan para pejabat dapat bersabar dalam pengetatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya