SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan saham. (Freepik).

Solopos.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (22/2/2023) hari ini diprediksi bakal melanjutkan koreksi lebih dalam setelah kemarin ditutup terkoreksi cukup agresif sebesar 0,9 persen ke 6.809.

Analis merekomendasikan untuk mencermati saham AGRO, ASII, ELSA dan HMSP. Tim Analis MNC Sekuritas mengatakan koreksi dari IHSG masih didominasi oleh tekanan jual dan ditutup di bawah MA60.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Dengan tertembusnya area support, maka saat ini posisi IHSG masih berada pada bagian dari wave [ii] dari wave C, dimana IHSG akan melanjutkan koreksinya untuk menguji rentang area 6.712-6.759,” ungkap Tim Analis MNC Sekuritas dalam riset harian, Kamis (23/2/2023).

Selain itu, apabila IHSG mampu menguat, maka penguatannya akan cenderung terbatas yang diperkirakan akan berada di 6.814-6.835. MNC Sekuritas memperkirakan selanjutnya IHSG akan bergerak dengan level support di 6.767, 6.641 dan resistance di 6.923, 6.961.

Proyeksi pelemahan IHSG pada perdagangan hari ini, Kamis (23/2/2023), disebut seiring dengan risalah Federal Reserve (The Fed) akhirnya resmi dirilis pada Rabu (22/2/2023) waktu setempat.

Dalam rilis tersebut mayoritas pejabat The Fed setuju untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps), sementara beberapa pejabat lainnya mendukung untuk kenaikan yang lebih besar, yakni 50 bps.

Pejabat The Fed mengatakan kenaikan suku bunga acuan diperlukan untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen, meskipun hampir semua mendukung langkah penurunan laju kenaikan.

“Kami mengamati bahwa sikap kebijakan yang membatasi kenaikan suku bunga perlu dipertahankan sampai data yang masuk memberikan keyakinan bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan hingga 2 persen. Hal ini kemungkinan akan memakan waktu lama,” tulis risalah The Fed pada 31 Januari-1 Februari 2023 seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/2/2023).

Risalah The Fed juga mengatakan “hampir semua” pejabat setuju menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan tersebut. Sementara itu, beberapa pejabat justru mendukung atau dapat mendukung kenaikan 50.

Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga seperempat poin (25 bps). Tindakan tersebut merupakan langkah moderat setelah kenaikan setengah poin (50 bps) pada Desember 2023 dan empat kali berturut-turut kenaikan jumbo sebesar 75 bps.

Langkah yang dilakukan The Fed tersebut mendongkrak suku bunga acuan menjadi kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen. Baik Ketua The Fed Jerome Powell maupun risalah menunjukkan bahwa para pejabat bank sentral AS siap menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menghasilkan perlambatan ekonomi yang lebih luas demi meredam inflasi.

“Para peserta umumnya mencatat bahwa risiko kenaikan [suku bunga] terhadap prospek inflasi tetap menjadi faktor kunci yang membentuk prospek kebijakan, dan bahwa mempertahankan sikap kebijakan yang ketat sampai inflasi jelas berada di jalur menuju target 2 persen sesuai dari perspektif manajemen risiko,” kata risalah tersebut.

Sejumlah pejabat mengatakan bahwa sikap kebijakan yang “tidak cukup ketat” dapat menghambat kemajuan baru-baru ini dalam memoderasi tekanan inflasi. Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan jika The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga maka hal itu akan memberikan tekanan ke IHSG.

“The Fed agresif, dengan inflasi yang konsisten. IHSG bisa ambyar,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (22/2/2023). Selain ditekan oleh FOMC minutes meeting, IHSG juga disebutkan akan terpengaruh oleh inflasi Eropa yang diproyeksi akan naik.

Terpisah, Tim Analis Phintraco Sekuritas menyebutkan Fluktuasi IHSG meningkat jelang rilis FOMC The Fed. Meski demikian, IHSG berpeluang untuk rebound selama bertahan di atas pivot 6.760, IHSG berpeluang rebound/minor reversal. Pasalnya, Stochastic RSI menunjukan sinyal oversold dan tidak ada kenaikan volume transaksi yang signifikan.

“Artinya, potensi pelemahan mungkin akan terbatas di pivot level tersebut,” kata tim Analis dalam riset harian. Pelaku pasar mengantisipasi clue terkait arah kebijakan The Fed, khususnya mengenai puncak The Fed Rate dari risalah FOMC tersebut.

Data-data ekonomi AS terkini memicu kekhawatiran pasar karena mengindikasikan kondisi bahwa inflasi akan relatif lebih persistent dari perkiraan sebelumnya.

Sementara itu, Head of research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menyebutkan koreksi tidak hanya terjadi di IHSG tetapi bursa global juga. Koreksi ini disebabkan oleh tekanan jual investor menunggu pengumuman The Fed.

“Selain itu, ada sentimen peringatan satu tahun invasi Rusia Ukraina yang tidak membaik,” jelasnya, Rabu (22/2/2023). Sentimen kenaikan suku bunga serta rilis data tenaga kerja dan inflasi yang masih tinggi beberapa waktu lalu juga mendorong aksi jual oleh investor di pasar domestik.

“Jadi terlihat dari indicator moving average memang terbentuk death cross dan momentum pelemahan juga berlanjut. Sehingga menuju level support 6.700,” kata Cheril.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Solopos.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya