Solopos.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 2 persen dan berakhir di bawah level 5.000 pada perdagangan hari ini, Rabu (10/6/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.920,68. IHSG anjlok 2,27 persen atau 114,37 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (9/6/2020), IHSG masih mampu bertahan di atas level psikologis 5.000 dengan berakhir turun 0,7 persen atau 35,51 poin ke level 5.035,05.
Rekor Kasus Baru Covid-19 Indonesia 1.241 Orang, Ledakan Pasca-Mudik?
Rekor Kasus Baru Covid-19 Indonesia 1.241 Orang, Ledakan Pasca-Mudik?
Sementara itu, investor asing menekan pasar saham dalam negeri dengan aksi jual. Total nilai net sell atau jual bersih senilai Rp515,46 miliar. Nilai itu berkurang dari net sell Rp638,41 miliar pada akhir sesi pertama.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) memimpin daftar top net foreign sell dengan nilai Rp304,8 miliar. Laju saham emiten telekomunikasi milik negara itu terkoreksi 0,96 persen.
Wastafel Portabel "Injak" Diminati Jelang New Normal, Berapa Harganya?
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif dalam kisaran 4.892,82–5.036,86. Seluruh 10 sektor pada IHSG ditutup di wilayah negatif, dipimpin pertanian (-3,51 persen).
Pelemahan sektor pertanian berturut-turut diiikuti properti (-3,32 persen), industri dasar (-2,92 persen), dan finansial (-2,8 persen). Tercatat 112 saham menguat, 343 saham melemah, dan 126 saham berakhir stagnan.
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan IHSG anjlok 2,27 persen terkait dengan minimnya data makro ekonomi domestik yang memberikan dampak positif ke pasar. Akibatnya, terjadi aksi profit taking oleh investor.
Ikut Rapid Test Corona, 7 Pegawai Pemkot Solo Reaktif
Sementara itu, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya, mengatakan IHSG sedang melewati fase konsolidasi wajar setelah mengalami kenaikan pada beberapa hari sebelumnya.
“Peluang tekanan terlihat masih cukup besar hingga beberapa waktu mendatang. Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek,” tulis William dalam riset harian yang diterima Bisnis.com.
Wali Kota Rudy Jajal Layanan Driver Ojol dengan Sekat di Solo