Bisnis
Rabu, 12 Juli 2023 - 20:43 WIB

HUT ke-76 Hari Koperasi, Kasus Gagal Bayar Rusak Citra Koperasi di Tanah Air

Maymunah Nasution  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemotongan tumpeng memperingati HUT ke-76 Hari Koperasi Indonesia oleh Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa, Rabu (12/7/2029). (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO — Ribuan koperasi di Soloraya terdata tidak aktif atau mati suri pada 2023 ini atau pada peringatan HUT ke-76 Hari Koperasi Indonesia.

Dosen Ekonomi dan Pembangunan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Sarjiyanto, mengatakan mati surinya koperasi disebabkan mereka tidak atau belum berhasil bermanfaat sistem bagi anggotanya.

Advertisement

“Secara ekonomi dan non-ekonomi ya, karena saat ini keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi di perekonomian nasional benar-benar diuji. Kondisi diperparah dengan munculnya oknum-oknum yang membuat citra koperasi sebagai sokoguru ekonomi Indonesia rusak dan akibatnya koperasi kurang dipercaya masyarakat, padahal di era sistem ekonomi yang semakin kompetitif, kepercayaan itu penting,” papar Sarjiyanto saat dihubungi Solopos.com, Selasa (11/7/2023).

Dia melanjutkan, kasus-kasus yang merusak citra koperasi di Indonesia antara lain gagal bayar oleh beberapa koperasi simpan pinjam (KSP).

Sementara, masih banyak jenis-jenis koperasi lainnya berdasarkan jenis usaha atau layanannya bagus tetapi gaungnya kurang di masyarakat.

Advertisement

Menurut Sarjiyanto, masih ada potensi dan harapan koperasi menjadi salah satu kelembagaan dalam perekonomian untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

Hal ini didasarkan dari adanya model kemitraan dan kerja sama usaha yang menerapkan prinsip dan asas koperasi dalam praktiknya, meskipun bentuk usahanya bukan koperasi.

Sebelumnya, peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana, mengatakan koperasi yang berhasil dikelola dengan baik bisa memberi keuntungan besar bagi seluruh anggotanya dan masyarakat secara umum.

Advertisement

“Inilah yang membuat di luar negeri, 300 koperasi terbesar di dunia mampu meraih pendapatan lebih dari US$2 T pertahunnya. Namun yang terjadi di Indonesia justru koperasi yang paling banyak jumlah dan aktivitas ekonominya adalah koperasi yang minim menggunakan asas kepemilikan bersamanya seperti koperasi simpan pinjam,” papar Andri kepada Solopos.com, Selasa.

Lebih lanjut, Andri menambahkan berdasarkan rilis dari World Cooperative Monitor (WCM) berjudul World Cooperative Monitor 2022 Top 30 ranking released with a focus on the new challenge of digitalization tertanggal 1 Desember 2022, total pendapatan 300 koperasi terbesar di dunia mencapai lebih dari US$2,17 T. Angka tersebut berdasarkan data finansial pada 2020.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif