SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja meratakan gabah yang dikeringkan menggunakan garu di pelataran rumah bandar gabah di Desa Cangkol, Mojolaban, Selasa (22/3). Tengkulak berkuasa memainkan harga gabah pada masa tanam (MT) I. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Petani di Soloraya menilai harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp5.000/kilogram (kg) yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) belum standar untuk menyejahterakan petani.

Peraturan tersebut berdasarkan Surat Edaran No.47/TS.03.03/K/02/2023 tentang Harga Batas Atas Pembelian Gabah atau Beras yang diterbitkan Bapanas. Ketua Kontak Tani dan Nelayan (KTNA) Kabupaten Klaten, Maryanto, mengatakan realitanya harga GKP sebesar Rp5.000/kg di tingkat petani belum aman dan belum layak untuk petani. Sebab, tambahan operasional, misalnya penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Ia menjelaskan keterbatasan penggunaan pupuk subsidi juga memukul petani sehingga petani harus menambah dengan pupuk nonsubsidi yang harganya lebih mahal berkali-kali lipat. Hal ini sangat menambah beban operasional.

“Menurut perhitungan kami adalah standar minimal GKP adalah Rp5.600/kg sampai Rp6.000/kg. Kemudian untuk gabah kering giling [GKG] ini sudah selayaknya petani menikmati dengan harga berkisar Rp7.000/kg sampai Rp7.300/kg,” terang Maryanto saat dihubungi Solopos.com, pada Selasa (5/9/2023).

Ia juga menilai harga beras pecah kulit (PK) harus diangkat menjadi Rp8.500/kg hingga Rp9.000/kg. Maryanto menyebut standar umum harga beras di masyarakat berkisar Rp10.000/kg hingga Rp11.000/kg. Ia menilai upaya menaikkan taraf kesejahteraan petani, pemerintah juga harus memperhatikan harga-harga di tingkat petani. Apalagi dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan bahan-bahan kebutuhan pokok, ia berharap pemerintah bisa adil.

Ia juga menyebut fenomena El Nino ini berimbas pada naiknya biaya operasional petani yaitu dengan menambah pengairan di lahan pertanian. Maryanto juga menilai impor beras juga bukan solusi perwujudan ketahanan pangan. Ia juga menilai kenaikan harga beras saat ini tidak berdampak kepada petani secara umum.

“Karena sistem petani ini, 25% atau 30% hasil panen itu dipakai untuk ketahanan pangan sampai regulasi panen lagi, kemudian yang 50% dijual untuk kebutuhan sehari-hari, dan yang 20% dijual lagi,” tambah dia.

Senada, Ketua KTNA Kabupaten Sragen Suratno menilai harga GKP di tingkat petani sebesar Rp5.000/kg dari Bapanas belum standar. Pimpinan Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Solo, Andy Nugroho, menjelaskan HPP GKP di tingkat petani menjadi Rp5.000/kg dari HPP semula Rp4.200/kg. Namun, dalam penyerapan skema komersial pihaknya bisa menyentuh harga Rp6.000/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya