SOLOPOS.COM - Salah satu hotel di Kota Solo (Solopos.com/Gigih WP)

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengelola hotel atau homestay di kawasan Kestalan, Solo, Jawa Tengah mengeluh kesulitan mendapatkan tamu yang menginap.

Mereka mengatakan meskipun pendapatan mereka lebih baik dibandingkan ketika pandemi Covid-19 namun tetap sudah mendapatkan tamu sesuai target.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Pengelola hotel di sekitar Kestalan menyebut per hari rata-rata mendapatkan tiga hingga lima tamu di akhir pekan untuk kamar dengan harga Rp100.000 hingga Rp250.000 per malam.

Adanya tempat wisata di Solo seperti Masjid Syeikh Zayed masih belum memberikan pengaruh signifikan terhadap pendapatan mereka.

Parman, 47, sudah mengelola Hotel Sidorejo sejak tahun 2000-an.

Saat ditemui Solopos.com belum lama ini, Parman mengatakan masalah modal membuatnya sulit bersaing dengan hotel-hotel lainnya di Kota Solo.

“Sekarang makin sulit bersaing, apalagi dengan banyaknya hotel di lokasi yang lebih strategis dan fasilitas yang mewah. Hotel kecil sekarang makin sulit mendapatkan tamu, per hari paling satu atau dua, kalau di akhir pekan bisa sampai lima atau delapan paling banyak,” keluh Parman, Sabtu (24/6/2023).

Parman menjelaskan, sudah beberapa hotel di sekitar Kestalan atau RRI Solo tutup sebelum pandemi.

Ia menyebut, stigma negatif dari hotel di kawasan Kestalan juga membuatnya makin sulit mendapatkan pelanggan.

“Sebelum pandemi, sudah ada dua atau tiga hotel yang tutup, tahun lalu ada tiga lagi. Memang makin sulit, padahal harga yang ditawarkan sudah murah Rp100.000 per malam tapi adanya pandangan negatif untuk hotel daerah sini juga membuat kami semakin sulit mendapatkan tamu,” tambah dia.

Parman berharap ada bantuan dari Pemkot Solo agar membuat hotelnya bisa berbenah.

“Memang kawasan wisata di Solo saat ini banyak sekali, tapi hotel-hotel kecil seperti kami sebenarnya sedang kesulitan. Per hari kadang kami hanya mendapatkan tiga sampai empat orang saja, stigma yang buruk juga menjadikan kami sulit bersaing, ya harapannya dari yang berwenang atau pemerintah bisa membantu juga mengembangkan hotel di sini,” kata dia.

Cerita serupa juga diungkapkan Sri, 44, yang mengelola Hotel Kusuma di kawasan Kestalan yang menyebut sulit untuk bersaing di tengah banyaknya hotel di Solo.

Ia menyebut per harinya hanya bisa mendapatkan lima tamu di akhir pekan.

Apalagi saat pandemi, banyak hotel-hotel yang tutup karena tak sanggup bersaing.

Pascapandemi, meskipun atraksi wisatanya makin banyak tapi tamu yang datang ke Solo tetap sepi.

“Bahkan rata-rata hanya lima tamu di akhir pekan,” jelasnya.

Ia tidak menampik kekurangan hotel miliknya adalah fasilitas yang ditawarkan.

Namun kurangnya modal membuat Sri kesulitan memperbaiki atau menambah fasilitas hotel miliknya.

“Jelas kalah saing, sekitar sini hotel harganya ada yang Rp175.000 sudah dapat air panas, kami yang masang harga Rp100.000 per malam jelas kesulitan. Mau berbenah enggak ada modal, mau meningkatkan fasilitas juga akhirnya enggak bisa. Ya harapannya ada yang membantu, toh momentumnya sekarang banyak lokasi wisata di Solo,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya