SOLOPOS.COM - Direktur Utama PT Juara Roti Indonesia, Ahmad Reza, menunjukkan produk Roti Ropi di Novotel Solo, Kamis (13/6/2024). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SOLO–Keputusan yang diambil oleh Ahmad Reza, 35, untuk berhijrah dari Bekasi ke Klaten  saat pandemi Covid-19 membawa keberkahan untuk usaha yang dirintisnya sejak delapan tahun lalu. Direktur Utama PT Juara Roti Indonesia ini sukses memasarkan produk roti bun bikinannya, Roti Ropi, hingga merambah pasar ekspor.

Roti bun dikenal sebagai salah satu roti dengan bentuk bulat dengan cita rasa yang khas. Dia bercerita usaha ini digelutinya sejak 2016. Waktu itu, dia memutuskan bekerja sambil berwirausaha. Pada kurun waktu 2005 hingga 2019, Reza bekerja sebagai sales perusahaan media di Bekasi.

Promosi Perluas Akses Kehidupan Desa, Telkom Rekonstruksi Jembatan Gantung di Sukabumi

Total modal saat awal merintis usaha tidak mencapai Rp100 juta. Untuk sewa tempat memerlukan Rp30 juta, peralatan membutuhan biaya Rp30 juta, dan sisanya bahan baku. Proses produksi dibuat secara rumahan, kemudian adonan dipasok ke outlet Roti Ropi.

“Yang tadinya cuma satu outlet, terus permintaan franchise [waralaba] banyak. Akhirnya kami pindahin produksinya dari rumah ke pabrik di Pulogadung. Dan berkembang sampai 62 outlet, karyawan juga sekitar 60 orang,” terang Reza saat diwawancarai Solopos.com, di sela-sela acara Onboarding UMKM Soloraya Bank Indonesia Solo, di Novotel Solo, Kamis (13/6/2024).

Reza mengaku dulu menyasar market ke anak-anak sekolah dan menjual Roti Ropi seharga Rp5.000 per buah. Namun badai pandemi yang membuat terbatasnya mobilitas dan pembelajaran di sekolah berhenti, berimbas ke usaha milik Reza.

Bahkan, dia harus menutup sebanyak 40 outlet Roti Ropi saat pandemi. Dengan pasar yang berhenti dan tidak mampu membayar sewa membuatnya harus memutar otak.

Sebagai langkah efisiensi, Reza memutuskan untuk membuka pabrik dengan produk yang sama di Delanggu, Klaten. Reza menilai Klaten sangat prospektif untuk berbisnis. Dengan adanya Tol Trans Jawa, nantinya Klaten bisa menjadi titik tengah untuk memudahkan perluasan pangsa pasarnya.

Seusai membuka kembali usahanya yang sempat tutup, Reza menggunakan beragam strategi agar produknya dikenal masyarakat luas. Lulusan Manajemen di salah satu kampus swasta di Jakarta ini mengakui kesuksesan usahanya ini juga tidak lepas dari doa.

Lambat laun, merek Roti Ropi ramai dicari di laman penelusuran di Internet. Bahkan, Reza mendapatkan tawaran untuk ekspor ke Uni Emirat Arab (UEA). Merasa curiga, dia memastikan apakah tawaran tersebut penipuan atau tidak, Reza kemudian meminta pertemuan melalui platform video conference.

Namun, orang yang kini menjadi partner bisnisnya ini menunjukkan keseriusannya dengan cara membayar semua ongkos dan mempersiapkan paspor dan sebagainya sebagai bekal berangkat ke UEA.

Setelah mengurus sertifikasi halal dengan biaya Rp60 juta, kini Reza telah memasok Roti Ropi ke tiga outlet di UEA. Di tahun ini berencana membuka dua outlet lagi, salah satunya di Dubai.

“Saat ini kami juga ada 80 outlet Roti Ropi di Indonesia, paling jauh itu di Sumatra Barat dan paling timur di Timika, Papua,” ungkapnya.

Saat ini, pihaknya menyasar pangsa pasar baru di rumah sakit karena roti bun identik sebagai camilan. Ada 10 outlet Roti Ropi yang berada di rumah sakit.

Reza yang memiliki 120 karyawan baik di pabrik dan outlet mampu mencatatkan kapasitas produksi di kisaran 10.000 roti per hari. Untuk ekspor adonan, biasanya ia mengirim satu ton adonan frozen dalam sebulan sekali memakai pesawat.

“Tapi ke depan, semakin banyak outletnya pasti permintaannya semakin banyak. Targetnya satu kontainer, mungkin setiap enam bulan sekali,” ujarnya.

Ada perbedaan bahan untuk produk ekspor dan produk dalam negeri. Untuk ekspor, Reza menggunakan salted butter, sementara di dalam negeri menggunakan butter biasa.

Sedikitnya ada enam varian rasa roti bun yang diproduksi Reza, meliputi rasa original, srikaya, vanila, cokelat, mocca, keju, dan tiramisu. Reza juga mempunyai produk minuman kopi dan minuman kekinian lainnya. Dia mengaku juga membuka kemitraan dengan biaya Rp160 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya