SOLOPOS.COM - Para petani durian binaan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) melalui anak perusahaannya, PT Pasir Tenga, memiliki tips tersendiri dalam budidaya durian. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Para petani durian binaan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) melalui anak perusahaannya, PT Pasir Tenga, memiliki tips tersendiri dalam budidaya durian dengan pupuk organik. Dengan cara pemupukan yang mereka terapkan, risiko kematian pohon dapat teratasi dan hasil panen lebih menjanjikan.

Salah satu petani durian dari Bekasi, Rosihan Anwar, mengatakan untuk melakukan pemupukan pada tanaman durian harus memahami dulu jenis pupuk yang akan digunakan.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Kata kuncinya, harus memahami dulu pupuk yang akan kita pakai. Kalau yang kita dapat dari WMPP ini masih dalam pupuk dasar, jadi tahapan tidak terlalu banyak perbaikan. Setelah masa tanam dan berbuah kita tabur saja,” kata dia.

Untuk aplikasi pupuk, ada beberapa tahapan yang dia terapkan. Pada saat usia pohon sekitar 1-6 bulan dia menggunakan pupuk organik cair dulu. Hal itu dilakukan untuk menghindari hama yang menyerang akar muda.

Setelah usia pohon sekitar enam bulan baru digunakan pupuk padat dari kotoran hewan baik sapi, ayam atau kambing. “Di situlah mulai proses penataan pemupukan padat secara lebih baik,” jelas dia.

Untuk penggunaan pupuk padat dilakukan dengan periodik sekitar 2-3 bulan sekali. Kemudian untuk pupuk cair digunakan per pekan. Kemudian dalam penanaman pohon, perlu juga diperhatikan jarak tanam antar pohon. Pada umumnya jarak antarpohon tersebut adalah 8-10 meter. Tujuannya agar ketika pohon tersebut tumbuh besar, tidak saling berimpitan.

Jarak antarpohon juga dilakukan untuk mempertimbangkan masuknya sinar matahari yang mendukung proses pertumbuhan pohon. Meski dalam penggunaannya lebih banyak memakai pupuk organik, namun tetap membutuhkan pupuk kimia. Menurut Anwar, perbandingannya 70% pupuk organik dan 30% pupuk kimia.

Dalam usia lima tahun, pada umumnya tanaman durian sudah bisa berbuah. Namun secara rasa belum dapat maksimal. Menurut Anwar, bisa juga durian mulai berbuah pada usia empat tahun.

“Kalau di tempat kami, tekniknya empat tahun sudah berbuah. Tujuannya untuk mengetahui rasa dan kualitas buah. Paling baru 3-5 biji dalam tahun ke empat itu,” jelas dia.

Kemudian pada tahun kelima, mungkin bisa sampai 10 buah dalam satu pohon. Pada tahap tersebut dilakukan untuk memperbaiki rasa durian. Selanjutnya pada usia keenam, baru dapat terlihat nilai ekonomisnya. Lebih dari hasil yang dihitung secara nominal, menurutnya ada semacam kepuasan batin yang nilainya tidak ternilai.

Sementara itu petani durian dari Cibubur, Henricus Samodra, menjelaskan karena dia mengelola kebun durian dengan sistem terasering, maka dilakukan pembalikan tanah sehingga dibutuhkan pupuk organik untuk mengembalikan unsur hara tanah.

Dalam mengaplikasikan pupuk organik tersebut dilakukan dengan jarak sekitar satu meter dari lokasi pohon. Agar tidak terlalu mengundang binatang atau hama penyerang akar pohon, maka pengaplikasian pupuknya dilakukan tidak terlalu sering, yakni sekitar enam bulan sekali. Untuk lebih menghalau hama tersebut, juga diperlukan furadan atau semacam insektisida.

“Jadi meski memakai pupuk organik, tetap perlu furadan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya