SOLOPOS.COM - Ilustrasi daging ayam. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Harga telur ayam dan daging ayam terus naik yang dipicu karena harga pakan ternak yang naik. Selain itu, permintaan pasar yang tinggi juga memicu kenaikan harga tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni saat dihubungi Solopos.com, pada Minggu (21/5/2023).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Ia menyebut harga telur yang naik ini sejalan dengan harga pakan ternak yang konsisten naik dari 2022 hingga saat ini. Sehingga harga pokok penjualan (HPP) juga mengalami kenaikan karena para peternak hanya menyesuaikan HPP yang naik tersebut.

Parjuni menjelaskan harga pakan tersebut mengalami kenaikan sekitar enam persen hingga delapan persen dari tahun sebelumnya. Pada 2022 harga jagung sebagai bahan baku pakan ternak sekitar Rp4.000/kg, kemudian pada tahun ini naik menjadi Rp5.000/kg hingga Rp6.000/kg.

Selain harga pakan, Parjuni juga menjelaskan harga bibit ayam atau day old chick (DOC) mengalami kenaikan hingga 100 persen dari tiga bulan lalu. Kenaikan DOC ini sejalan dengan harga pakan yang cukup tinggi. Sebelumnya harga DOC hanya Rp3.000/ekor dan naik drastis menjadi Rp7.500/ekor.

“Produksi pun juga sedikit berkurang karena populasi juga berkurang di samping kondisi kondisi ayam yang juga kurang maksimal karena situasi dan kondisi alam dan afkir ayam yang sudah berumur untuk afkir,” papar Parjuni.

Menurut Parjuni, saat ini permintaan telur ayam dari masyarakat juga cenderung mengalami peningkatan, sehingga ada dorongan untuk membeli sedikit lebij mahal. Ia menjelaskan secara keseluruhan yang ia uraikan tersebut saling berkaitan sehingga harga naik seperti saat ini.

Lebih lanjut Parjuni juga menjelaskan kenaikan harga ini tidak hanya terjadi pada komoditas telur ayam saja. Hal tersebut juga berimbas pada daging ayam yang juga meroket.

“Kami mengharapkan harga pakan segera turun, terutama dr pabrik pakan, supaya kami harga telur dan ayam bisa juga turun. Jadi kalau ada dampak inflasi, sebenarnya penyumbang inflasi adalah harga pakan yg naik ugal-ugalan sehingga beban prosuksi menjadi mahal,” tegas Parjuni.

Beban produksi yang meningkat tentu saja berdampak langsung menjadi beban konsumen atau masyarakat. Menurut Parjuni, hal ini cukup memberatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Salah satu peternak ayam di Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Sartono mengeluhkan kenaikan harga pakan ternak. Sehingga menyebabkan kenaikan harga pada komoditas telur ayam.

“Harga pakan ternak bervariasi, awalnya Rp300.000 per karung sekarang mencapai Rp400.000-an per karung,” terang Sartono.

Saat ini harga telur ayam di Kota Solo mencapai Rp30.000/kg. Kepala Pasar Legi Solo, Nur Rahmadi menjelaskan kenaikan harga pakan ternak dan permintaan pasar yang tinggi, kendati demikian pasokan barang diklaim masih stabil.

Harga telur ayam ras sempat mencapai Rp30.500/kg pada pekan lalu. Pada awal Mei, harga telur ayam ras sebesar Rp27.000/kg, sementara itu saat Ramadan hingga Lebaran lalu harga telur ayam ras berkisar Rp24.000/kg hingga Rp26.000/kg.

Sementara itu, harga daging ayam ras mulai melejit dibandingkan awal Ramadan dengan harga Rp32.000/kg menjadi Rp34.000/kg dan saat ini mencapai Rp36.000/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya