SOLOPOS.COM - Pedagang beras di Pasar Legi Solo menata dagangannya, Jumat (9/9/2022). Beberapa jenis beras mengalami penurunan harga. (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengklaim stok beras nasional hingga saat ini aman, meski terjadi kenaikan harga.

“Stok beras ketersediaannya cukup dan cukup aman, persoalannya Presiden tadi menanyakan kenapa harganya bisa naik,” kata Syahrul di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta seperti dilansir dari Antara, Senin (17/10/2022).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi nasional mencapai 32,07 juta ton pada 2022, meningkat 0,72 ton atau 2,29 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 31,36 juta ton. Sedangkan potensi produksi beras nasional sepanjang tiga bulan ke depan pada Oktober-Desember 2022 diperkirakan sebesar 5,90 juta ton, meningkat 0,78 juta ton atau 15,12 persen dibandingkan 2021 yang berjumlah 5,13 juta ton.

“Pada dasarnya, BPS sudah melansir data terakhir terhadap pangan khususnya beras dan neraca kita menunjukkan posisi positif, stoknya bahkan meningkat 1,9 persen dari tahun-tahun sebelumnya,” tambah Syahrul.

Untuk mengatasi kenaikan harga, Presiden Jokowi, menurut Syahrul, meminta Bulog untuk melakukan intervensi pembelian semaksimal mungkin. “Sehingga dari posisi itu katakanlah netralisasi harga bersama mendag (menteri perdagangan). Kita diperintahkan sama-sama turun, mendag, mentan, Badan Pangan Nasional, dan Bulog untuk melakukan netralisasi di bawah Pak Menko dan kalau dilihat dari ketersediaan, neraca kita menunjukkan sangat positif bahkan pertumbuhannya cukup bagus,” jelas Syahrul.

Baca Juga: Kementan Didesak Turun Tangan Atasi Masalah Pertanian di Sragen

Syahrul menyebut sejumlah hal menjadi penyebab harga di lapangan tetap naik. “Banyak faktor, faktor lapangan ya, dan tentu saja termasuk masalah logistik, transportasi dan berbagai hal dan itulah yang diminta semua kita untuk turun tangan menanganninya sehingga loncatan-loncatan itu bs dikendalikan,” ungkap Syahrul.

Namun Syahrul mengaku tidak mencampuri soal harga. “[Harga] bukan domain saya, yang ada adalah neraca saya harus perbaiki. Dengan Bulog saya akan kasih data saya di mana beras itu ada, panennya berapa, sesuai dengan data yang ada dari BPS kita,” tambah Syahrul.

Menurut BPS, kontribusi terbesar beras ada di Pulau Jawa yakni sebesar 56,12 persen atau 18 juta ton, di mana 31,07 persen produksi berada di Jawa Timur. Selanjutnya Pulau Sumatera sebesar 20,41 persen atau sebesar 6,55 juta ton, dengan provinsi dengan produksi terbesar yaitu Sumatera Selatan yang berkontribusi 24,20 persen.

Baca Juga: Kementan Perluas Cakupan Asuransi Pertanian

Selanjutnya yakni Sulawesi yang berkontribusi 13,39 persen untuk memproduksi beras 4,30 juta ton. Daerah penghasil beras terbesar yakni Sulawesi Selatan. Kontribusi selanjutnya yakni sebesar 5,22 persen dari Bali dan Nusa Tenggara yang mencapai 1,67 juta ton dengan daerah produsen beras terbesar yaitu Nusa Tenggara Barat. Terakhir yakni Kalimantan yang berkontribusi 4,26 persen dengan produksi beras 1,37 juta ton serta Maluku dan Papua sebesar 0,59 persen yang memproduksi 0,19 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya