SOLOPOS.COM - Ilustrasi warga mengakses layanan food delivery. (Solopos.com/Galih Aprialia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Jasa pesan antar makanan atau online food delivery menjadi tren yang digemari masyarakat. Kemudahan dalam membeli makanan tanpa harus keluar rumah menjadi salah satu keuntungan yang ditawarkan.

Walaupun harga makanan yang ditawarkan penjual lebih mahal, namun hal tersebut tidak serta merta pesanan yang diterima lebih sedikit. Banyak label diskon yang ditawarkan dan membuat pesanan yang diterima makin ramai.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, pada Kamis (4/5/2023), biaya administrasi merchant membuat penjual memang harus menaikkan harga sebanyak 30% dari harga asli mereka.

Layanan online food delivery yang biasanya digunakan oleh masyarakat adalah Go-Food, GrabFood, dan Shopee Food. Ketiga layanan ini memiliki sistem pembagian keuntungan yang berbeda-beda. Misalnya Go-Food yang menjadi salah satu fitur aplikasi Gojek menerapkan ketentuan bagi hasil sebanyak 20%, namun per Maret 2021, berubah menjadi 20% + Rp1.000. Sementara itu untuk GrabFood sistem bagi hasil yang diterapkan yakni 30%, serta Shopeefood menerapkan komisi sebesar 20%.

Salah satu penjual bubur ayam di kawasan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo, Handayani, menjelaskan ia menjadi mitra ketiga layanan tersebut. Ia memang mematok harga 30% hingga 50% lebih mahal dari harga aslinya, misalnya untuk satu porsi bubur ayam ketika dijual langsung di warungnya dibanderol dengan harga Rp10.000/porsi. Sementara itu, harga yang ia tawarkan di layanan pesan antar makanan online, menjadi Rp16.500/porsi.

Kendati demikian, menurutnya pesanan yang ia terima dari layanan ini cukup lumayan, namun tetap lebih ramai pembeli yang datang secara langsung. Ia berjualan pukul 05.30 WIB hingga 12.00 WIB, dalam rentang waktu berjualan itu biasanya 100-150 porsi bubur ayam habis ia jual, untuk pesanan yang ia dapat secara online, berkisar 10 hingga 20 pesanan.

Dengan mematok harga 30% hingga 50% persen lebih mahal tersebut tidak serta merta mendapatkan lebih banyak keuntungan. Sebab, terdapat potongan biaya administrasi layanan, serta fitur diskon yang ditawarkan kepada pembeli dalam aplikasi tersebut.

Penjual oalahan ayam, Wahyuni, menjelaskan estimasi keuntungan yang ia dapat dari pesanan ShopeeFood, misalnya dengan tawaran diskon 60%, sebanyak 25% diskon harga makanan akan ditanggung oleh pihak Shopee. Estimasinya, ketika memperoleh orderan Rp45.000, harus dipotong biaya diskon sebanyak Rp6.250 menjadi Rp38.750, kemudian dipotong biaya adminitrasi atau bagi hasil sebanyak 20%, tersisa Rp31.000. Dengan perhitungan ia, ia bisa mendapat selisih Rp1.000 dibandingkan dengan harga yang ia tawarkan langsung di tokonya.

Salah satu driver Shopee Food, Boby, menjelaskan, dalam sehari ia bisa memperoleh Rp100.000 hingga Rp150.000 per hari. Namun ketika sepi ia bisa tidak mendapatkan orderan sama sekali. Biasanya faktor yang menyebabkan ramai orderan masuk adalah lokasi, promo dari aplikasi, dan saldo Shopeepay driver.

“Saldo kalau minus banyak, itu enggak bisa dapat orderan tunai, kalau plus masih bisa. Semisal ada pesanan, bayarnya cod [cash on delibery] atau tunai, katakanlah Rp50.000 Nah, dapat driver-nya katakanlah saya. Saldoku Rp30.000, pembayaran di restoran itu pakai saldoku dulu dipotong, jadi saldoku Rp20.000, posisi minus ini bisa berpengaruh,” ujar Boby, pada Kamis.

Ia pernah menjadi driver untuk GrabFood dan Go-Food sebelum jadi driver Shopeefood sekarang ini. Menurutnya di antara tiga aplikasi tersebut, masalah tarif, jumlah order, dan menu layanan berbeda-beda.

“Kalau bicara Shopeefood, enggak ada lonjakan tarif pengantaran. Jadi tarifnya flat. Tapi orderan tetap ada yang masuk ke akun. Tarif pengantaran tergantung jarak pengantaran jadi bervariasi. Tergantung radius restoran sama alamat pengantaran ke pemesan,” papar Boby.

Dalam sehari, biasanya ia banyak menerima order ketika memasuki jam makan siang dan sore hari hingga petang. Ia juga memetakan lokasi paling berpotensi ramai mendapatkan pesanan, misalnya di daerah kampus, selain itu juga di daerah tengah Kota Solo, misalnya dekat Solo Paragon dan Mangkubumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya