SOLOPOS.COM - Ilustrasi perkebunan tebu. (Istimewa).

Solopos.com, SOLO — Ketua DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sragen, Parwanto menyebut petani tebu tidak bisa menikmati keuntungan dari kenaikan harga gula pasir yang mencapai Rp16.000/kilogram (kg).

“Harga gula saat ini tinggi yang menikmati investor, karena petani tebu sudah tidak pegang gula,” ujar dia.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Pada awal September 2023 lalu, Parwanto menyebut panen tebu sudah selesai dilakukan. Ia menguraikan panen tahun ini ada penurunan sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurutnya, langkah pemerintah untuk impor gula untuk saat ini dengan harga gula di dunia juga tinggi karena ada krisis pangan dunia. Oleh sebab itu, semua negara menahan ekspor untuk melindungi stok sebagai prioritas kebutuhan masing-masing.

Penurunan produksi panen pada 2023 ini karena pada 2022 curah hujan yang berlebihan sehingga pertumbuhan tebu tidak bisa maksimal. Serta, Parwanto menjelaskan petani juga mengalami kesulitan panen pada 2022, sehingga tunas tebu 2022 yang dipanen 2023 tidak maskimal.

Pada 2023 ini kekeringan yang berkepanjangan membuat tunas tebu banyak yang mati.

“Sementara petani mengalami kerugian di 2022, kemampuan untuk biaya garap [lahan] enggak ada. Sehingga kemungkinan [panen] kurang maksimal,” tambah dia.

Apalagi dengan menggunakan pupuk nonsubsidi yang mahal. Sementara, penentuan harga eceran tertinggi (HET) gula diperhitungkan dari pupuk subsidi.

Penyumbang Inflasi Kota Solo

Kenaikan harga gula pasir hingga Rp16.000/kilogram (kg) akhir-akhir ini bakal berisiko pada kenaikan inflasi Kota Solo.  Terlebih lagi, pemerintah resmi memberlakukan penyesuaian harga gula konsumsi menjadi Rp16.000/kg hingga Rp17.000/kg.

Badan Pusat Statistik (BPS) Solo mencatat pada Oktober 2023 lalu, Kota Solo mengalami inflasi sebesar 0,16% dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 117,76. Hal ini tertuang dalam Berita Resmi Statistik Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2023.

Inflasi ini disebabkan adanya kenaikan harga-harga yang ditunjukkan oleh naiknya angka IHK. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yaitu, kelompok makanan, minuman dan tembakau yang naik sebesar 0,34%.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Solo, Bimala menguraikan sesuai rilis BPS pada awal November 2023 lalu, inflasi bulanan atau month to month (mtm), gula pasir menjadi penyumbang inflasi keenam dengan andil 0,01%.

Lebih lanjut, Bimala menjelaskan kenaikan harga gula pasar dari akhir September 2023 ke akhir Oktober 2023 berdasarkan data Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SIHATI) adalah sebesar Rp1.500.

Oleh sebab itu, menurut Bimala peningkatan harga gula pasar termasuk risiko yang perlu diperhatikan.

“Sehingga peningkatan harga gula pasir termasuk risiko [penyumbang inflasi] yang perlu diperhatikan. Kita sama-sama mengharapkan ke depannya, kenaikannya di bulan ini enggak signifikan,” terang dia saat dihubungi Solopos.com, pada Kamis (9/11/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya