SOLOPOS.COM - Ilustrasi membatik. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kenaikan harga komoditas garam tampaknya tidak terlalu berdampak pada produksi batik di Soloraya.

Komoditas garam krosok banyak dibutuhkan berbagai bidang usaha antara lain pada produksi batik dan juga pabrik tekstil. Perajin batik memerlukan garam untuk memutihkan kain.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Pelaku usaha batik Alodie di Wonogiri, Dewi Catur kepada Solopos.com Sabtu (11/2/2023) mengatakan produksinya masih tetap berjalan.

“Memang harga garam naik, tapi pembatikan tetap berjalan asal barang bakunya masih ada,” papar Dewi.

Dewi juga berupaya usahanya yang juga bergantung pada komoditas garam bisa tetap berjalan dan menghasilkan keuntungan yang optimal.

Pemilik usaha Kain Lukis Nasrafa, Yani Mardiyanto, juga mengatakan produksi kain batiknya tidak terganggu walaupun harga garam naik di pasaran.

Garam dapur mengalami lonjakan harga cukup signifikan dengan Jumat (10/2/2023) di Pasar Legi Solo garam krosok atau curah kualitas bagus dijual Rp4.200 dari sebelumnya Rp1.800 per kilogramnya.

Garam briket beryodium tembus Rp19.000 per kemasan isi 12 biji dari sebelumnya Rp8.000 saja. Sementara garam meja yang biasanya dijual Rp94.000 kini dijual Rp148.000 berisi 10 kg dan garam krosok beryodium menjadi Rp20.000.

Memantau situs hargajateng.org, harga komoditas garam beryodium bata di Kota Solo naik lebih dari 10% per kilogramnya, sedangkan di Klaten naik menjadi Rp17.000, dan di Karanganyar menjadi Rp18.000. Namun untuk garam beryodium halus turun 6% per kilogramnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya