Bisnis
Rabu, 6 September 2023 - 15:43 WIB

Harga Beras Terus Naik, Ekonom Ingatkan Kembali Pentingnya Diversifikasi Pangan

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (Freepik.com).

Solopos.com, SOLO — Kenaikan harga beras dinilai dapat memicu kenaikan kebutuhan pokok lainnya sehingga perlu upaya diversifikasi pangan di tengah masyarakat. Disusul menurunnya produksi padi di Soloraya kurun waktu 2021 hingga 2022.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Sarjiyanto, menyebut pemerintah harus memastikan stok pangan, khususnya beras agar selalu stabil. Hal ini sebagai antisipasi harga beras yang saat ini kian meroket.

Advertisement

Sarjiyanto menguraikan masyarakat harus waspada menyikapi kenaikan harga beras ini. Sebagai langkah antisipasinya, yaitu perlu ada diversifikasi pangan dan kembali ke kearifan lokal dalam variasi konsumsi makanan pokok.

“Tidak [hanya] beras, bisa dengan sumber karbohidrat yang lain yang tersedia di wilayah masing-masing,” terang Sarjiyanto kepada Solopos.com, pada Rabu (6/9/2023).

Advertisement

“Tidak [hanya] beras, bisa dengan sumber karbohidrat yang lain yang tersedia di wilayah masing-masing,” terang Sarjiyanto kepada Solopos.com, pada Rabu (6/9/2023).

Selain itu, harga beras yang terus naik secara ekonomi akan memicu kenaikan harga-harga di pasar. Apalagi beras merupakan penyumbang inflasi tertinggi di Solo pada Agustus lalu.

Menurut dia, fenomena ini tak bisa dipandang sebelah mata dan perlu diwaspadai.

Advertisement

Di sisi lain, Sarjiyanto menyebut stigma masyarakat soal makan hanya mengacu pada nasi hingga ada istilah “belum makan kalau belum nasi belum” juga menjadi masalah tersendiri.

Menurut dia, hal ini juga akibat kebijakan pangan yang dulu melakukan penyeragaman nasi sebagai makanan pokok. “Harusnya kembali ke kearifan lokal masing-masing daerah di Indonesia,” tambah Sarjiyanto.

Monokultur Menanam Padi

Ia menyebut, dulu sempat ada kebijakan monokultur menanam padi sebagai tanaman pangan.

Advertisement

Bahkan Indonesia berhasil menjadi swasembada beras pada 1980-an dan mendapa apresiasi dari dunia lewat organisasi pangan dan pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO).

“Sejak itu, karena kita surplus beras, makan dikampanyekan makanan pokok nasi ke seluruh Indonesia. Sampai saat ini sudah latah, kalau belum makan nasi katanya belum makan,” tambah dia.

Sementara itu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) yang diakses Solopos.com pada laman jateng.bps.go.id, Rabu (6/9/2023), dalam kurun waktu 2021 hingga 2022 tingkat produksi padi di Soloraya mayoritas menurun.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif