SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Erick Thohir (ketiga kiri), Mensesneg Pratikno (kedua kiri) dan Dirut Perum Bulog Budi Waseso (kanan) mengecek kondisi beras di Gudang Bulog Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (11/9/2023). (Antara/Sigid Kurniawan)

Solopos.com, JAKARTA — Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso menyebutkan, penyebab harga beras naik pada beberapa pekan terakhir salah satunya karena penurunan produksi.

Pria yang akrab disapa Buwas itu menyampaikan terdapat dua hal yang mendorong dan menjadi penyebab harga beras naik, baik jenis medium maupun premium.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Mahal itu karena sekarang persaingan dari pembeli pengusaha, yang kedua memang produksinya sedang kurang atau turun 5 persen sehingga ada persaingan. Nah, itulah yang menyebabkan harganya naik,” ujarnya kepada awak media usai Sidang Tahunan MPR bersama DPR-DPD di Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Mengacu Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga beras medium sepanjang tahun hingga 15 Agustus 2023 telah naik 8,93 persen.

Harga pada awal tahun tercatat sebesar Rp11.200 per kilogram (kg) dan kini telah naik menjadi Rp12.200 per kg. Sementara itu, harga beras premium naik dari Rp13.100 per kg menjadi Rp14.100 per kg atau naik 7,63 persen pada periode yang sama.

Adanya penurunan produksi tersebut membuat pasokan minim dan pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) meminta adanya operasi pasar.

“Operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog tidak seperti yang lalu, kita belajar dari pengalaman, pada saat kita operasi pasar yang kita turunkan dalam bentuk curah itu disimpangkan [diselewengkan], maka sekarang Bulog operasi pasarnya dalam bentuk kemasan 5 kg, dan itu diritel modern yang ada di seluruh Indonesia dan di pasar-pasar, tapi bentuknya sudah kemasan supaya tidak disimpangkan,” imbuh Buwas.

Sementara itu, berdasarkan data Cadangan Pangan Pemerintah Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 8 Agustus 2023, stok beras di Indonesia tercatat sebanyak 1.255.400 ton.

Stok ini berasal dari gudang Perum Bulog sebanyak 1.255.135 ton dan ID Food 265 ton. Beras sebanyak 1,25 juta ton ini setara dengan 49 persen terhadap kebutuhan bulanan sebanyak 2.570.163 ton per bulan.

Penyebab Harga Beras Naik di Jawa Barat

Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Jawa Barat mengungkap penyebab  harga beras  naik di pasaran.

Kepala DTPH Jabar Dadan Hidayat mengatakan berkurangnya suplai beras dari penggilingan gabah kering ke pasar menjadi pemicu kenaikan harga beras hingga jadi penyebab harganya naik.

Penyebab harga beras naik selanjutnya yakni harga gabah kering yang naik juga ikut berdampak pada mahalnya harga beras saat ini.

“Jadi harga gabah kering panen di petani itu sekarang sedang mengalami kenaikan hingga ada yang Rp6.000 sampai Rp7.000 per kilogram untuk gabah kering panen,” katanya, dikutip Senin (11/9/2023).

Di sisi lain, ada juga persaingan antar pengusaha beras karena ada pihak yang berani membeli gabah kering dari petani dengan harga tinggi.

Banyak penggilingan padi yang tidak mendapat bahan baku hingga menjadi penyebab harga beras naik.

“Karena memang faktanya pada saat harga gabah kering panen itu naik, ada pembeli yang berani membeli dengan harga yang tinggi, sehingga menyebabkan penggilingan padi kecil itu tidak memperoleh bahan baku, sehingga suplai ke pasar tradisional menjadi kurang,” ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Bos Bulog Beberkan Alasan Harga Beras Kian Mahal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya