SOLOPOS.COM - Salah satu warung pok-we yang ada di daerah Sondaka, Laweyan. Para pedagang pok -we mengatakan sulit mendapatkan margin keuntungan karena harga bahan pokok yang naik. Rabu (6/9/2023).(Solopos.com/Gigih Windar Pratama).

Solopos.com, SOLO — Azan zuhur berkumandang, tapi Yuliarti masih menggoreng tempe mendoan hingga tahu bakso di warung kecilnya yang ada di Sondakan, Laweyan, Rabu (6/9/2023).

Meskipun dagangannya sudah habis terjual, ia memasak satu keranjang gorengan untuk dititipkan di salah satu wedangan.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Ia sudah membuka warungnya sejak pukul 05.00 WIB dan berjualan aneka nasi, sayur dan gorengan pok we (njipuk dhewe-ambil sendiri) dibantu oleh suaminya. Warungnya selalu ramai oleh warga sekitar yang ingin sarapan hingga bersantap siang.

“Biasanya memang dari subuh jualannya nanti pukul 10.00 WIB masak lagi tapi enggak banyak paling nasi sama telur saja, kalau sayurnya biasanya saya panasi kalau mau makan siang. nanti siang paling sudah habis,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Rabu (6/9/2023).

Yuliarti biasa menjual makanannya dengan harga Rp8.000 hingga Rp15.000 satu porsinya. Cukup menambah Rp2.500 untuk minuman es teh atau teh hangat. Ia berusaha menjaga harga makanannya tetap murah agar tetap bisa dinikmati segala lapisan masyarakat.

“Saya menjaga agar tetap murah karena yang beli rata-rata mahasiswa yang ngekos sama anak-anak muda yang bekerja di sini [warung HIK miliknya]. Kalau keuntungan sebenarnya enggak tentu, rata-rata sehari Rp200.000 lah,” jelasnya.

Benar saja, pembeli yang datang rata-rata merupakan mahasiswa, karyawan dan sales yang ingin makan siang, bahkan pukul 12.00 WIB nasi dan sayur sudah habis meskipun Yuliarti sudah memasak dua kali.

Naiknya harga bahan pokok seperti minyak, beras dan telur menurut Yuliarti memang menyulitkannya untuk mencari margin keuntungan. Namun, hingga hari ini ia masih belum menaikkan harga makanannya karena tidak ingin menyulitkan konsumennya.

Harga Beras di pasar Legi
Komoditas beras dijual pedagang di Pasar Legi Solo, pada Selasa (5/9/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

“Sebenarnya ya kerasa dampaknya dengan naiknya harga-harga sekarang, tapi ya sejauh ini memang harga saya belum naik karena masih ada beberapa penjual sayur yang harganya enggak naik. Itu membantu sekali, kalau saya naikkan kasihan juga sama mahasiswa yang ngekos di sini dan beberapa langganan saya,” ujarnya.

Keluhan akan naiknya harga juga diungkapkan oleh Karyanto yang juga berjualan di Laweyan. Menurutnya naiknya harga bahan pokok saat ini cukup menyulitkannya mencari keuntungan.

“Kalau jualan di harga Rp10.000 margin untungnya paling Rp3.000, sekarang kalau harga telur dan beras naik, mau ambil untuk berapa. Tapi kalau harganya juga dinaikkan, pembeli pasti nanti akan protes karena kalau harganya naik, mereka pasti merasa kemahalan, padahal nasi, sayur dan lauk mereka ambil sendiri,” lanjutnya.

Karyanto berharap ada langkah dari pemerintah untuk membuat harga-harga kembali stabil seperti sebelumnya. Ia menyebut, harga bahan pokok semestinya bisa dikontrol oleh pemerintah agar tidak menyulitkan warga.

“Ya kalau bisa harganya kembali stabil seperti sebelumnya, barang pokok itu kan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar. Kalau memang harus disubsidi ya disubsidi, biar wong cilik ini tetap bisa makan,” kata dia.

Harga Beras
Persentase harga beras di seluruh wilayah Indonesia dengan harga minimal Rp12.000, maksimal Rp13.750. (Canva).

Stok 2 Juta Ton

Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memastikan stok beras pemerintah dalam kondisi aman. Hingga akhir tahun ini, diperkirakan stok beras nasional mencapai 2 juta ton.

Hal tersebut disampaikan Jokowi usai meninjau ketersediaan stok cadangan beras pemerintah (CBP), Senin (11/9/2023), dilansir Bisnis.com.

Gudang yang ditinjau Presiden adalah Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Kompleks Pergudangan Sunter Timur II, Kelapa Gading, Jakarta.

“Saya datang ke gudang-gudang Bulog di sini, nanti di Jakarta, mungkin nanti di daerah, untuk memastikan bahwa stoknya itu ada,” kata Jokowi, Senin (11/9/2023).

Jokowi mengatakan stok beras yang ada di gudang Bulog saat ini mencapai 1,6 juta ton dan bakal bertambah menjadi 2 juta ton.

“Ada sudah yang di dalam gudang 1,6 juta [ton], dalam perjalanan 400.000 ton sehingga akan ada stok 2 juta [ton]. Biasanya stok kita itu hanya 1,2 juta [ton], normal. Ini kita memiliki 2 juta [ton], sehingga kita tidak usah khawatir,” ujarnya.

Meski stok beras di gudang Bulog mencukupi, Jokowi menilai pemerintah masih perlu melakukan impor beras untuk memastikan cadangan stok beras terpenuhi.

Hal tersebut juga untuk menekan kenaikan harga beras di pasar akibat fenomena El Nino yang terjadi hampir di semua negara.

“Ini untuk memastikan bahwa kita memiliki cadangan strategis stok, harus, itu harus untuk menjaga agar tidak terjadi kenaikan. Karena memang produksi pasti turun, karena El Nino, meskipun juga saya lihat angkanya juga tidak banyak,” ucap Jokowi.

Lebih lanjut, Kepala Negara memastikan dirinya telah berbicara dengan sejumlah pemimpin negara untuk mengimpor beras ke Indonesia.

Selanjutnya, menurut Jokowi proses negosiasi dilakukan oleh Bulog untuk memastikan terjadinya transaksi atau tidak.



“Saya sudah bicara dengan Perdana Menteri Hun Manet, dengan Presiden Bangladesh yang punya stok, dengan Perdana Menteri Modi, dengan RRT juga dengan Premier Li. Stok kita sudah banyak, tapi kita tetap masih melihat di mana yang bisa. Tidak untuk sekarang, tapi untuk plan tahun depan juga mengantisipasi,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga menyalurkan beras bantuan pangan kepada keluarga penerima manfaat (KPM). Presiden mengatakan bahwa bantuan pangan untuk masyarakat akan disalurkan mulai bulan September hingga November.

“Setiap bulan kira-kira 210.000 ton dikeluarkan oleh Bulog untuk bantuan pangan itu dan ini sudah dimulai terus September, Oktober, November. Kalau stoknya kita lihat masih, nanti diteruskan lagi sehingga masyarakat jangan sampai terdampak dari kenaikan harga beras,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya