SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar tradisional. (Freepik.com).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah ibu rumah tangga (IRT) di Solo mengeluhkan naiknya harga bahan pokok seperti beras, minyak, dan telur.

Naiknya harga bahan pokok tersebut membuat mereka akhirnya harus menekan pengeluaran untuk belanja kebutuhan lain.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Mereka juga mengatakan saat ini naiknya bahan pokok membuat keuangan keluarga menjadi tidak stabil. Meski demikan, para ibu rumah tangga ini meyakini kondisi akan stabil dalam beberapa pekan ke depan.

Salah satu ibu rumah tangga asal Sondakan, Laweyan, Kusmayati, yang ditemui Solopos.com, Rabu (6/9/2023), mengatakan saat ini harga bahan pokok yang cukup mahal membuatnya harus memutar otak karena anggaran rumah tangga yang terbatas.

Ia bercerita saat ini hanya bergantung dari pemasukan sang suami yang bekerja sebagai pegawai kontrak.

“Telur terakhir itu Rp27.000 per kilogram, harga bawang saat ini juga naik, beras juga naik sekarang Rp18.000 per kilogram. Sedangkan uang belanja dari suami saya per bulan itu Rp1 juta, akhirnya ya benar-benar harus berhemat, kan uang belanja itu untuk bayar semua dari listrik, air sampai kebutuhan sekolah anak,” ujarnya.

Bagi Kusmayati, kenaikan harga pokok ini seharusnya bisa dihindari apabila ada kontrol yang baik dari pemerintah. Selain itu, menurutnya harus ada subsidi atau bantuan dari dinas terkait untuk mengontrol harga bahan pokok.

“Biaya hidup di Solo itu besar apalagi sekarang kotanya juga semakin maju. Jadi seharusnya pemerintahnya bisa memberikan bantuan juga kepada masyarakat, terutama warga menengah ke bawah seperti kami. Pemerintah pusat juga kan sebenarnya bisa memprediksi harga bahan pokok akan naik apa enggak jadi bisa diantisipasi,” ulasnya.

Keluhan serupa juga diungkapkan oleh warga Karangasem, Laweyan, Setiyoningsih Kusumonindya, yang mengatakan saat ini harus memutar otak untuk efisiensi uang belanja yang diberikan oleh suaminya.

Ia mengatakan meskipun saat ini bekerja, namun uang belanja tetap berasal dari suaminya yang bekerja sebagai pegawai BUMN.

“Saya itu per bulan dapat dari suami Rp2,5 juta sampai Rp3 juta, itu buat banyak sekali kebutuhan rumah tangga mulai dari biaya sekolah, listrik, air, sampai belanja, biasanya belanja bulanan itu Rp1,5 juta untuk satu bulan. Tapi karena sekarang semuanya serba mahal, akhirnya mau enggak mau pengeluaran bertambah dan ada pos yang dihemat,” jelasnya.

Ia menggambarkan, pos kebutuhan yang ditekan saat ini adalah pengeluaran untuk berwisata. Selain itu Setiyoningsih menyebut terpaksa harus mengambil sedikit pendapatan pribadinya untuk tambahan uang belanja.

“Akhirnya sekarang karena kebutuhan semakin banyak dan harga juga makin mahal, saya ambil dari pemasukan saya pribadi sekitar Rp500.000 per bulannya,” lanjut dia.

Meskipun begitu, Ia meyakini kenaikan harga barang pokok ini bersifat sementara. Menurutnya, situasi ekonomi Indonesia yang stabil membuat harga barang pokok akan kembali turun.

“Sepertinya enggak lama kondisi seperti ini, toh keuangan dan ekonomi Indonesia stabil, mungkin pengaruh dari kondisi cuaca saja yang bikin panen akhirnya malah gagal dan turun,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya