SOLOPOS.COM - Ilustrasi komoditas pangan. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, SOLO – Naiknya harga sejumlah bahan pokok seperti beras, minyak dan telur saat ini membuat ibu rumah tangga di Solo merasa kesulitan. Naiknya harga bahan pokok tersebut membuat mereka akhirnya harus menekan pengeluaran untuk belanja kebutuhan lain.

Salah satu ibu rumah tangga asal Sondakan, Laweyan, Kusmayati, yang ditemui Solopos.com, Rabu (6/9/2023) mengatakan saat ini harga bahan pokok yang cukup mahal membuatnya harus memutar otak karena anggaran rumah tangga yang terbatas. Ia bercerita saat ini hanya bergantung dari pemasukan sang suami yang bekerja sebagai pegawai kontrak.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Telur terakhir itu Rp27.000 per kilogram, harga bawang saat ini juga naik, beras juga naik sekarang Rp18.000 per kilogram. Sedangkan uang belanja dari suami saya per bulan itu Rp1 juta, akhirnya ya benar-benar harus berhemat, kan uang belanja itu untuk bayar semua dari listrik, air sampai kebutuhan sekolah anak,” ujarnya.

Bagi Kusmayati, kenaikan harga pokok ini seharusnya bisa dihindari apabila ada kontrol yang baik dari pemerintah. Selain itu, menurutnya harus ada subsidi atau bantuan dari dinas terkait untuk mengontrol harga bahan pokok.

“Biaya hidup di Solo itu besar apalagi sekarang kotanya juga semakin maju. Jadi seharusnya pemerintahnya bisa memberikan bantuan juga kepada masyarakat, terutama warga menengah ke bawah seperti kami. Pemerintah pusat juga kan sebenarnya bisa memprediksi harga bahan pokok akan naik apa enggak jadi bisa diantisipasi,” ulasnya.

Sementara itu, pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS), Bhimo Rizky Samudro, menilai naiknya sejumlah harga pokok saat ini disebabkan oleh masa panen yang masih jauh sehingga ketersediaan barang tidak bisa bertambah dengan kebutuhan yang meningkat.

Ia mengatakan, saat ini situasi pertanian jauh berbeda dibandingkan sebelum Lebaran. Bhimo menjelaskan ketika Lebaran, harga bisa lebih stabil karena ketersediaan produk pertanian yang stabil dengan adanya panen raya.

“Kenaikan harga pokok ini memang menarik karena terjadi di saat posisi yang berbeda di awal tahun, ketika di awal tahun harga kebutuhan pokok stabil karena berdekatan dengan musim panen. Tapi sekarang berbeda karena di samping jauh dari musim panen ada kaitannya dengan musim yang enggak menentu, cuaca yang ekstrem terjadi di negara kita, suhu yang panas ini mengganggu beberapa komoditas pertanian ini yang menjadi masalah memang,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Selasa (5/9/2023).

Bhimo menjelasakan jika hal ini berlanjut maka bisa menyebabkan inflasi dan berdampak naiknya harga jual beberapa barang jadi. “Ini mengakibatkan harga komiditas pertanian naik, kenaikan beberapa kebutuhan pokok ini tidak bisa kita atur stoknya maka menjadi efek domino tidak akan terjadi cepat tapi pelan-pelan dan akumulasi dan berdampak. Ini yang disebut sebagai cost push inflation, biaya produksi meningkat karena faktor produksi ini bisa mengakibatkan barang lain jadi terhambat bahkan barang lain stoknya bisa dikurangi oleh produsen,” jelasnya.

Bhimo mengatakan untuk menekan inflasi langkah yang dilakukan dengan menjaga stok bahan pokok. Ia juga menyebut jika tidak dikontrol maka kenaikan harga pokok akan semakin tinggi nantinya. “Meskipun tidak berjalan mendadak tingkat inflasinya ini akan bersifat progresif apabila tidak dieliminasi dengan adanya stok yang bisa ditekan. Jadi itu yang menyebabkan efek domino dan bisa berkepanjangan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya