SOLOPOS.COM - Pekerja Pentol Urat Bang Alex menyiapkan pesanan pembeli di wilayah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), di Kartasura, Sukoharjo, pada Rabu (23/8/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Meski berjualan pada malam hari di saat sebagian besar orang tertidur lelap, penjual pentol urat ini mampu meruap omzet hingga Rp2 juta semalam.

Pemilik Pentol Urat Bang Alex, Alex Dedy Setiawan, menguraikan ia berjualan mulai pukul 18.00 WIB hingga 02.00 WIB pagi dini hari. Bukan tanpa sebab, ia memilih berjualan saat gelap hari karena menghindari kompetitor.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Warga Kartasura, Sukoharjo, ini berkisah usaha pentol urat miliknya merupakan usaha putus asa yang berbuah manis. Dengan alasan menghindari kompetitor ini yang buka dari pagi hingga sore. Pada dua tahun lalu, ia merintis usaha dengan modal yang sangat minim.

Sebanyak 12 gerobak pentolnya saat ini tersebar di wilayah Soloraya. Alex juga berencana menambah sepuluh gerobak lagi dalam waktu dekat. Saat ini, tambahan gerobak ini tengah dibuat.

Alhamdulillah, gerobak yang berjualan di UMS [Universitas Muhammadiyah Surakarta] Solo saja bisa beromzet Rp2 juta lebih.” terang Alex pada Kamis (24/8/2023).

Dalam sehari Alex menghabiskan 60 kilogram (kg) hingga 80 kg dada ayam. Ia juga harus menyiapkan 30 kg daging sapi dan urat sapi sehari. Selain itu ia juga menghabiskan 60 kg tepung untuk adonan jajanan pentol bakso miliknya.

Untuk memenuhi bahan baku ini ia membeli di pasar tradisional di Kota Solo. Untuk saus ia juga mengambil langsung dari Cimory Group. Ketika harga daging ayam sedang meroket, Alex memilih untuk mengurangi porsi makanan yang ia jual.

Saat ini Alex bersama istrinya menangani sendiri dari proses produksi hingga pemasaran dengan 25 karyawan. Dulunya Alex mempunyai usaha asinan buah segar yang hancur karena sistem waralaba. Ada 30 gerobak dan bangkrut.

Adanya gerobak yang tidak terpakai ini kemudian ia gunakan untuk berjualan pentol. Untuk memulai usaha pentol, Alex harus menggadaikan sepeda motornya senilai Rp2 juta. “Alhamdulillah semua terbayar sudah keringat dan pikiran ini,” terang Alex.

Ia tidak membuka sistem waralaba untuk usaha miliknya. Menurutnya, dengan sistem waralaba hanya memperbesar nama brand namun rawan terhadap kualitas makanan. Kualitas ini menurut Alex menjadi hal kecil yang kadang tidak dihiraukan mitra.

Ia juga menyebut banyak kendala lain dalam sistem waralaba, sebab banyak karakter mitra yang berbeda-beda dan semua butuh keuntungan dari produk yang dijalankan. Sementara ketika dikelola sendiri, keuntungan yang didapatkan lebih terlihat, kualitas makanan yang baik, dan lapak yang bersih.

Saat Solopos.com mengunjungi salah satu gerobak milik Alex di kawasan UMS Solo, pada Rabu (23/8/2023) pukul 22.00 WIB, gerobak milik Alex masih ramai pembeli. Salah satu pembeli, Ayu, menjelaskan sering menjajal kuliner malam tersebut. Walaupun berjualan saat malam hari, Ayu mengaku sering membeli jajanan tersebut. Biasanya ia membeli senilai Rp10.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya