SOLOPOS.COM - Direktur Utama BRI Sunarso. (Istimewa)

Solopos.com, DAVOS–Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso hadir dalam gelaran World Economic Forum (WEF) 2024 yang diadakan di Davos, Swiss, pada Senin-Jumat (15-19/1/2024). WEF tahun ini mengusung tema Rebuilding Trust dengan empat agenda prioritas.

Keempat agenda prioritas WEF 2024 itu yakni terkait keamanan dunia (Achieving Cooperation and Security in a Fractured World), penciptaan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja (Creating Growth and Jobs for New Era), penggunaan artificial intelligence (AI) untuk mendorong ekonomi masyarakat, serta tema keberlanjutan terkait perubahan iklim, alam dan energi (A Long Term Strategy for Climate, Nature and Energy).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Sunarso mengungkapkan dari empat agenda tersebut, tiga topik di antaranya sejalan dengan apa yang selama ini BRI lakukan. Tiga topik tersebut yaitu creating growth & jobs, penggunaan AI, dan strategy for climate, nature and energy.

Namun, kali ini Sunarso akan lebih fokus membahas satu tema yang sangat relate dan relevan dengan BRI dalam kaitannya pemberdayaan UMKM yakni tema creating growth and jobs for new era.

Melanjutkan penjelasannya, Sunarso mengungkapkan sesuai kajian Bappenas (2023), dalam dua dekade ke depan, tepatnya pada 2045 Indonesia akan mencapai usia emas 100 tahun. Dan pada 2041, Indonesia diperkirakan dapat menjadi negara berpendapatan tinggi (high income), dengan syarat rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6%.

Namun demikian, sesuai dengan yang diungkapkan LPEM FEB UI (2023), karena kondisi perekonomian global yang kurang mendukung, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5% per tahun, pertumbuhan kredit nasional pun tidak lebih dari 15%, dan tingkat kemiskinan ekstrem persisten di angka 1,7%.

“Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan mesin pertumbuhan ekonomi baru agar Indonesia dapat tumbuh lebih cepat yang bersifat inklusif,” kata Sunarso dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (17/1/2024).

Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Melalui Holding Ultra Mikro

Dia menambahkan BRI sebagai perusahaan BUMN memiliki peran sebagai agent value creator dan agent of development. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut secara simultan, maka BRI harus mencetak keuntungan.

“Dengan memperoleh keuntungan atau economic value, maka perusahaan BUMN bisa memiliki modal untuk menciptakan social value sehingga ekonomi akan berputar. Dan BRI sudah membuktikan bahwa selama ini bisa menjalankan peran economic value dan social value secara simultan, salah satunya melalui keberadaan Holding Ultra Mikro yang beranggotakan BRI, Pegadaian, dan PNM [Permodalan Nasional Mandiri],” ungkapnya.

Dikatakan Sunarso, komitmen BRI dalam pemberdayaan UMKM tercermin salah satunya dari kinerja Holding Ultra Mikro, di mana hingga akhir Desember 2023 tercatat sudah 37 juta nasabah peminjam yang terintegrasi. Keberhasilan BRI Group mengintegrasikan nasabah di segmen ultra mikro tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah nasabah yang belum mendapatkan akses keuangan formal.

Pada tahun 2023, BRI Research Institute mengestimasikan bisnis UMi yang belum mendapatkan pembiayaan formal pun telah menurun dari 30 juta pada tahun 2018, menjadi sekitar 14 juta (di mana 3 juta-6 juta di antaranya tidak terlayani, 4 juta-5 juta lainnya mendapatkan pembiayaan dari teman/keluarga, dan 3 juta-5 juta dari loan shark/rentenir).

Keberhasilan Holding Ultra Mikro juga diulas oleh Harvard Business Review pada pertengahan Desember 2023 lalu. Di mana dalam artikel tersebut dibahas tiga fase utama dalam integrasi UMi, yakni pemberdayaan/empower, integrasi/integrate dan naik kelas/upgrade.

Memberdayakan Pelaku Usaha Wanita di Segmen UMi

Di samping itu, dengan adanya sinergi holding UMi, PNM mampu menyalurkan Rp41,57 triliun kepada 15 juta pelaku usaha wanita melalui PNM Mekaar. Dengan capaian itu, PNM tak kalah jika dibandingkan dengan Grameen Bank, lembaga pembiayaan di Bangladesh penerima hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2006.

Dari situs resminya, Grameen Bank secara akumulasi telah menyalurkan pinjaman kepada 10,45 juta orang. Sama seperti PNM, mayoritas nasabah lembaga tersebut adalah kalangan perempuan yang mencapai 97%.

“Oleh karenanya PNM yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro, kini pantas mengklaim dirinya sebagai group lending terbesar di dunia. Hal ini merupakan wujud BRI Group dalam melakukan pemberdayaan kepada wanita prasejahtera (underprivileged women) dan mendukung pencapaian SDGs khususnya yang terkait dengan kesetaraan gender,” jelas Sunarso.

Terkait dengan pemberdayaan pelaku usaha wanita tersebut, Sunarso menuliskan insight-nya dan dimuat di website resmi WEF pada tautan sebagai berikut: https://www.weforum.org/agenda/2024/01/microfinance-women-indonesia-mekaar/

Economy Sharing Melalui AgenBRILink

Di samping pemberdayaan pelaku usaha ultra mikro, Sunarso menjelaskan praktik economy sharing juga secara konsisten terus dilakukan oleh BRI melalui keberadaan AgenBRILink. Hingga akhir Desember 2023 tercatat BRI telah memiliki lebih dari 740 ribu AgenBRILink.

Dari sisi transaksi, sepanjang 2023 AgenBRILink berhasil mencatatkan volume transaksi sebesar Rp1.427 triliun dan memberikan fee-based income kepada BRI senilai Rp1,5 triliun di sepanjang tahun 2023. Bagi para agen, nilai pendapatan yang mereka terima bisa mencapai 2-3 kali lipat dibandingkan yang diterima oleh BRI. Ini adalah bukti nyata keberadaan BRI mampu memberikan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat.

Penggunaan Artificial Intelligence dalam Transformasi Digital BRI

Sesuai dengan semangat transformasi digital yang telah dijalankan BRI sejak tahun 2016, saat ini BRI telah mengaplikasikan pemanfaatan AI dalam proses bisnis dan operasional perseroan.

Salah satu produk hasil transformasi digital BRI yakni BRIBRAIN. BRIBRAIN merupakan “pusat otak digital” BRI yang mengkonsolidasikan kapabilitas AI dan analitik, untuk meningkatkan customer engagement, anti-fraud & risk analytics, credit underwriting, hingga automasi untuk smart services & operations.

Sunarso mencontohkan AI Recommendation System yang dimiliki BRI telah diimplementasikan untuk memilih calon nasabah potensial berdasarkan data seperti jumlah simpanan, portofolio pinjaman, demografi dan lokasi. Dampaknya, dengan penggunaan AI mampu meningkatkan conversion rate sebesar 60% dan meningkatkan kualitas akuisisi debitur sebesar 49%.

Contoh lain adalah pemanfaatan AI pada BRImo, AI digunakan dalam memberikan rekomendasi transaksi serta penawaran produk yang customize sesuai profil nasabah.

”Pemanfaatan AI tersebut terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRImo, dan saat ini BRImo telah menjelma sebagai super apps serba bisa yang telah digunakan oleh 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp4.158 triliun atau tumbuh 55,8% yoy per Desember 2023”, ungkap Sunarso.

Mengedepankan Keberlanjutan Melalui ESG hingga BRI Menanam

Terkait dengan aspek keberlanjutan, Sunarso mengungkapkan yang menarik minat peserta WEF adalah hal-hal yang berkaitan dengan isu Environmental, Social and Governance (ESG). Dan ESG ini memiliki peranan penting untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia serta mendorong tingkat kemakmuran/prosperity.



“Hingga Kuartal III tahun 2023, BRI telah menyalurkan kredit ke sektor Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sebesar Rp750,9 triliun, atau sekitar 66,1% dari total penyaluran kredit BRI. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 11,9% yoy. Dari nominal tersebut, sebesar Rp669,1 triliun disalurkan ke sektor UMKM, dan Rp81,8 triliun disalurkan ke sektor Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL),” tambah Sunarso.

Dari sisi environmental untuk mengatasi perubahan iklim, saat ini BRI memiliki flagship program BRI Menanam. Program BRI Menanam ini memberikan bibit tanaman produktif (seperti bibit pohon mangga, durian, alpukat, jambu, jeruk, dsb.) saat nasabah mencairkan kreditnya. Hingga akhir 2023, program BRI Menanam telah berhasil menanam 1,9 juta bibit di seluruh Indonesia, dengan estimasi penyerapan CO2e sebesar 875.013 kgCO2e.

Di samping itu, dalam hal pengelolaan emisi dari operasional perusahaan, Sunarso menjelaskan bahwa BRI telah mengadopsi global standard SBTi (Science-Based Target initiatives), yaitu dengan mengimplementasikan inisiatif yang secara langsung dapat menurunkan emisi yang dihasilkan dari kegiatan operasional maupun bisnis perusahaan, seperti penggunaan kendaraan listrik, pemasangan solar panel, penggunaan teknologi lain yang rendah emisi.

“BRI berkomitmen untuk terus mendorong ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan UMKM dengan ditopang oleh kapabilitas teknologi yang andal, serta berlandaskan asas-asas keberlanjutan baik dalam aspek bisnis maupun operasionalnya untuk memberikan kontribusi value beyond profit,” ungkap Sunarso.

Menutup sharing-nya, Sunarso kembali menegaskan apa yang menjadi visi, strategi, dan yang dikerjakan BRI telah sejalan dengan agenda prioritas yang menjadi concern internasional pada World Economic Forum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya