SOLOPOS.COM - Ilustrasi lahan pertanian di Jateng. (Solopos.com/Magdalena Navriana Putri).

Solopos.com, SOLOPengamat ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bhimo Rizky Samudro menjelaskan petani harus siap menghadapi fenomena El Nino yang bakal berdampak besar pada sektor pangan.

Antisipasi tersebut bisa dilakukan dengan pemetaan jenis tanaman pangan yang berisiko kecil hingga pentingnya asuransi untuk tanaman gagal panen.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Seperti diketahui, sektor pertanian, khususnya tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air menjadi sektor paling terdampak dari fenomena El Nino.

Rendahnya curah hujan tentunya akan mengakibatkan lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan akan mengalami gagal panen. Oleh sebab itu, perlu ada upaya untuk menjaga stabilitas harga dan menekan inflasi.

Menurut Bhimo, para petani perlu memetakan beberapa tanaman yang paling rendah terdampak kekeringan ekstrem.

Maka, petani bisa memaksimalkan jenis tanaman tersebut. Selain itu ia juga menyebut masalah instensif biaya juga perlu dicermati oleh pembuat kebijakan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan asuransi pertanian juga penting selain alokasi instensif yang dicanangkan.

“Kebutuhan pokok dari pamgan mana yang bisa kita tambal lebih dulu, kita beri instensif dan juga kita bisa prioritaskan untuk asuransi untuk sektor pertanian,” ujar Bhimo saat dihubungi Solopos.com pada Sabtu (19/8/2023).

Berdasarkan pemetaan risiko kerentanan tanaman tersebut, menurut Bhimo mampu berimbas pada alokasi intensif yang tepat. Hal ini bertujuan optimalisasi dan efisiensi intensif tersebut.

Sementara itu, dilansir dari antaranews.com, pada Minggu (20/8/2023), Peneliti senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya Joko Budi Santoso menilai pemerintah perlu menyiapkan sejumlah skema untuk mengantisipasi terjadinya kemarau ekstrem atau El Nino.

Ia mengatakan potensi El Nino yang diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus 2023 akan memberikan ancaman dan tekanan terhadap produksi sektor pertanian, khususnya untuk tanaman pangan.

Joko menjelaskan, dalam jangka pendek perlu adanya perbaikan dalam manajemen informasi kebutuhan bahan pangan untuk industri dan rumah tangga secara berkesinambungan, sehingga akan lebih memudahkan dalam menjaga pasokan.

Selain itu, kata Joko lagi, pembenahan manajemen informasi tersebut bisa dilakukan melalui koordinasi yang efektif bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Data-data tersebut, menjadi data penting untuk melakukan pengambilan kebijakan selanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya