Bisnis
Selasa, 9 Mei 2023 - 15:05 WIB

Geopolitik Picu Krisis Komoditas, Menkeu: Dunia Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (Istimewa/Youtube Kemenkeu)

Solopos.com, JAKARTA  — Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja tiga tahun seusai pandemi Covid-19.

“[Saat ini], situasi geopolitik menciptakan krisis komoditas, yaitu meningkatnya harga energi dan pangan, mendorong kenaikan inflasi, terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, yang selama hampir satu dekade menikmati inflasi yang sangat rendah dan bunga yang rendah,” kata Menkeu dalam acara Peluncuran Laporan “Pathways Towards Economic Security: Indonesia Poverty Assesment di The Energy Building, Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Advertisement

Karena terjadi berbagai persoalan tersebut, lanjutnya, terjadi peningkatan inflasi di AS dan Eropa sehingga berimplikasi besar ke seluruh dunia mengingat Bank Sentral (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga. Dengan suku bunga yang tinggi, inflasi yang melonjak killing the job.

Menurut dia, kenaikan suku bunga yang menjadi lebih tinggi tiga tahun pasca pandemi akan sangat mengganggu banyak momentum, khususnya bagi berbagai korporasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mengingat sektor UKM menjadi jaring pengaman sosial (social safety net) bagi banyak keluarga miskin di Indonesia.

Advertisement

Menurut dia, kenaikan suku bunga yang menjadi lebih tinggi tiga tahun pasca pandemi akan sangat mengganggu banyak momentum, khususnya bagi berbagai korporasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mengingat sektor UKM menjadi jaring pengaman sosial (social safety net) bagi banyak keluarga miskin di Indonesia.

“Mereka (korporasi dan UKM) akan terpukul keras oleh ini (berbagai krisis di tingkat global),” ujar Menkeu.

Untuk melindungi lapangan pekerjaan serta menjaga momentum pertumbuhan Indonesia, pemerintah disebut mengatasi kenaikan inflasi dari sisi permintaan (supply) karena inflasi saat ini datang dari gangguan di sisi supply.

Advertisement

Kini, Indonesia dikatakan mampu menekan laju inflasi bahkan pada saat yang sangat kritis, yakni saat tanah air merayakan Ramadhan dan Idul Fitri 2023/1444 Hijriah.

“Begitulah cara kami mengatasi guncangan global ini, tidak hanya pandemi yang disebutkan Satu Kahkonen (Country Director World Bank Indonesia), tetapi sekarang ini adalah guncangan rumit yang jauh lebih besar,” ucapnya.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Pada kesempatan lain, Menkeu Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi ke depan akan tetap kuat, setelah tumbuh 5,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I-2023.

Advertisement

“Perkiraan ini didukung konsumsi swasta yang kemungkinan makin baik seiring meningkatnya mobilitas, membaiknya keyakinan konsumen, dan menguatnya daya beli sebagai dampak dari penurunan inflasi,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2023 di Jakarta, Senin.

Selain itu, ia menuturkan investasi akan tetap berlanjut lantaran didukung oleh investasi non bangunan yang tetap kuat, sejalan dengan perbaikan konsumsi domestik dan dampak hilirisasi.

Kinerja ekspor juga akan tetap kuat didorong oleh ekspor non migas yang tumbuh tinggi dengan negara tujuan utama Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.

Advertisement

Dengan berbagai perkembangan tersebut, Sri Mulyani optimis pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan bias ke atas dalam kisaran proyeksi 4,5 persen sampai 5,3 persen.

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2023 tercatat sebesar 5,03 persen (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya di level 5,01 persen (yoy).

“Tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh ekspor yang tetap tumbuh tinggi, konsumsi swasta yang membaik, konsumsi pemerintah yang tumbuh positif, dan pertumbuhan investasi non bangunan yang tetap baik,” jelasnya.

Sementara itu, tekanan inflasi terus menurun, dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang turun menjadi 4,33 persen (yoy) pada April 2023 dari 5,51 persen (yoy) pada Desember 2022.

Inflasi inti pun terus melambat menjadi 2,83 persen (yoy) dipengaruhi ekspektasi inflasi dan imported inflation yang menurun, serta pasokan agregat yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan. Selain itu, inflasi pangan bergejolak (volatile food) tetap terkendali, sebesar 3,74 persen (yoy).

“Berlanjutnya penurunan inflasi merupakan dampak positif kebijakan moneter BI yang pre-emptive dan forward looking, serta sinergi yang erat dalam pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah pusat dan daerah, antara lain melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” tutur Menkeu.

Ke depan, ia memperkirakan inflasi tetap terkendali di mana inflasi inti diproyeksikan terkendali dalam kisaran 2-4 persen di sisa tahun 2023 dan inflasi IHK dapat kembali ke dalam sasaran 2-4 persen lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif