SOLOPOS.COM - Kepala DPMPTSP Kendal, Anang Widiasmoro dalam webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) dengan tema Investasi Untuk Kemandirian Negeri, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Rabu (24/8/2022). (Tangkapan Layar)

Solopos.com, SOLO — Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) maupun Kawasan Industri Terpadu (KIT) menjadi salah satu upaya pemerintah menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Bukan hanya investor dalam negeri, KEK maupun KIT juga disiapkan untuk membuka diri menerima investor asing, termasuk yang ada Jawa Tengah (Jateng).

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Diketahui, ada 122 kawasan industri maupun kawasan ekonomi di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah. Tujuannya adalah untuk menarik sebanyak-banyaknya investasi. Di Jateng, saat ini sudah berdiri KIT Batang dan KEK Kendal. Tujuan itu pun saaat ini dinilai cukup berhasil.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi Indonesia pada semester I-2022 telah mencapai Rp584,6 triliun, atau naik 32% dari periode yang sama tahun lalu.

Kepala DPMPTSP Kendal, Anang Widiasmoro, menyebutkan sampai dengan saat ini, nilai investasi di KEK Kendal telah mencapai Rp72 triliun dengan jumlah pekerja sekitar 17.000 orang.

Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Cermati Saham-Saham Ini

“Tentunya KEK menjadi penopang utama bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal. Ada lapangan pekerjaan, tumbuhnya fasilitas perkotaan yang ada di Kabupaten Kendal, kontribusi PDRB/tingkat kesejahteraan masyarakat, dan dinamisasi, operasionalisasi industri ini khususnya kepada sektor kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha besar,” kata dia dalam webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) dengan tema Investasi Untuk Kemandirian Negeri, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Rabu (24/8/2022).

Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk kawasan peruntukan industri di Kendal, berdasarkan pemetaan kawasan dalam tata ruang Kabupaten Kendal, ada seluas 5400 hektare. Kemudian yang telah termanfaatkan ada sekitar 1.000 hektare untuk kawasan industri yang sekarang menjadi KEK Kendal. “Kemudian untuk fase dua pengembangan KEK, ini 1.200 dari total 2.200 [hektare],” kata dia.

Kemudian di Kendal sisi timur yang berbatasan dengan Semarang, saat ini masih dalam proses fasilitasi asistensi dan koordinasi terkait dengan masuknya pengusaha di kawasan industri baru. “Ini sudah sampai pada tahapan PKKPR, sudah terbit dari Grup Mitra Jaya, sekitar 400 hektare. Kemudian yang masuk terbaru dari grup Maspion. PT Maspion ini Kawasan industri juga, ini dalam asistensi kami juga, sekitar 400 hektare,” lanjut dia.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan 3,75 Persen, Ini 7 Langkah BI Jaga Stabilitas

Selain itu saat ini proses untuk kegiatan investasi perusahaan baja juga masih berlanjut. Industri baja tersebut diprakarsai PT Kendal Steel Indonesia. Lokasinya ada di Kecamatan Patebon dengan luas sekitar 2.000 hektare.

“Estimasi nilai investasi sekitar Rp37 triliun. Di 2018 ini menjadi permasalahan karena adanya tumpang tindih ketentuan dan aturan menyangkut kawasan lindung mangrove. Alhamdulillah di April kemarin Perpres mengenai Kedungsepur ini sudah bisa direvisi dan selaras dengan tata ruang di kami, dan ini proses akselerasi pembicaraan dengan investor untuk industri baja,” lanjut dia.

Menurut Anang, saat ini Pemerintah Kabupaten Kendal terus berupaya untuk mempromosikan investasi di Kabupaten Kendal. Tentunyah al tersebut dilakukan dengan berkoordinasi dengan semua pihak termasuk pemerintah provinsi dan pusat. Dikatakan, promosi menjadi faktor kunci dalam menarik minat para investor.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Kendal pun mulai menerapkan cara baru dalam promosi. Yakni dengan pola digitalisasi, memanfaatkan teknologi informasi yang ada.

“Adaptasi dari pada organisasi untuk menyesuaikan dengan perubahan ini wajib kami fokuskan di sana, sehingga peran promosi dalam menarik investasi ini cukup bisa signifikan untuk menunjang program pembangunan perekonomian daaerah,” kata dia.

Baca Juga: Awas! Menkeu Ungkap Anggaran Subsidi Energi Rp502 Triliun akan Habis

Lebih Kompetitif

Sementara itu upaya yang tak kalah menarik juga terus dilakukan KIT Batang dalam menarik para investor. Direktur Utama KIT Batang, Galih Saksono, menyebutkan ada enam strategi yang dilakukan KIT batang untuk menarik investor.

Dia mengatakan strategi tersebut juga berkaitan dengan kelebihan yang dimiliki KIT Batang. Pertama adalah dengan membangun KIT Batang dengan akses yang mudah dijangkau. Disebutkan, lokasi KIT Batang dibelah oleh jalan tol dan ada akses pintu masuk langsung ke area KIT Batang.

Lokasi tersebut juga disebut terjangkau baik dari Jakarta yang bisa ditempuh hanya dalam empat jam, kemudian ke Semarang hanya 40 menit. Selain akses dari tol juga dekat dengan akses jalan nasional, kereta api, Pelabuhan dan sebagainya.

Kedua, KIT Batang ditawarkan dengan harga lahan yang menurutnya sangat kompetitif. “Ketika kami menyusun kawasan ini kami ditantang kementerian, baik BUMN maupun BKPM, bagaimana kami harus bersaing dengan negara-negara yang diminati di dunia ini untuk kawasan industri. Seperti Vietnam dan Thailand,” kata dia.

Bahkan KIT Batang juga diharapkan mampu bersaing dengan Vietnam bagian tengah yang saat ini menjadi salah satu primadona untuk kawasan industri. “Tantangan untuk kami harus lebih baik, lebih kompetitif, sehingga harga sewa kami selama 80 tahun mulai US$50 saja,” jelas dia.

Baca Juga: Bagi Indonesia Kiwari, Krisis Pangan Laksana Bom Waktu

Ketika adalah mengenai kelengkapan fasilitas dan infrastruktur Kawasan. Keempat, upah minimum di Jateng yang lebih kompetitif dibandingkan daerah lain seperti Jawa barat, Jawa Timur dan sebagainya, menjadi keunggulan tersendiri.

Kelima, saat ini KIT Batang ditugaskan sebagai kawasan ramah investasi. Melalui dukungan pemerintah terkait kemudahan investasi termasuk kemudahan perizinan, insentif dan sebagainya. Bahkan sebagai pengelola kawasan, pihaknya menjamin proses perizinan di kawasan tersebut zero cost.



Selain itu KIT Batang memiliki free period selama lima tahun. “Jadi kalau di bisnis properti itu ada libur bayar. Di kawasan ini investor cukup bayar DP sebesar 20%-30% kemudian pelunasannya pada tahun ke enam, sehingga membantu cashflow investor untuk membangun dan beroperasi dengan baik, jadi capex-nya bisa ditekan lebih baik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya