SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Memiliki  rumah atau tempat tinggal sendiri mungkin dianggap sebagai kebutuhan yang sulit terpenuhi bagi sebagian orang, termasuk bagi generasi muda.

Harga rumah yang semakin hari semakin melambung dinilai semakin susah digapai dengan gaji pas-pasan.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur menyebutkan sejumlah tantangan klasik yang menghambat terealisasinya kemudahan kepemilikan rumah bagi masyarakat.

Kebutuhan hunian semakin meningkat seiring dengan bertambahnya rumah tangga di Indonesia yang mencapai 1,13 juta per tahun. Bahkan, data BPS 2022 mencatat backlog hunian di Indonesia mencapai 10,51 juta jiwa.

Kepala Seksi Pembiayaan Rumah Tapak, Subdirektorat Pola Pembiayaan Rumah Umum, Ratna Indriani mengatakan PUPR memiliki program sejuta rumah (PSR) yang menjadi acuan pemenuhan kebutuhan rumah dalam setahun. Namun, hal ini belum diikuti optimalisasi skema pembiayaan.

“Di tahun 2023 ini, memang program yang berjalan baru atau hanya FLPP [Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan] dan pembiayaan Tapera, ada SBUM [Subsidi Bantuan Uang Muka] tapi itu hanya komplemen dari FLPP,” kata Ratna dalam agenda Membangun Masa Depan Properti yang Inklusif dan Bekelanjutan, Senin (5/6/2023) seperti dilansir Bisnis.

Adapun, target penyaluran FLPP tahun 2023 yaitu sebanyak 220.000 unit dengan anggaran Rp25,18 triliun dan target pembiayaan Tapera yakni sebanyak 10.000 unit senilai Rp1,05 triliun.

Sebagaimana diketahui, FLPP dikeluarkan untuk MBR berpenghasilan tetap dan tidak tetap, sedangkan Tapera untuk peserta pekerja formal seperti ASN berupa kepemikan rumah tapak dan Sarusun dan perbaikan rumah swadaya.

Di sisi lain, pihaknya pun tengah menggodok skema pembiayaan untuk sektor informal lewat Tapera yang dtargetkan disalurkan sebanyak 50.000 unit rumah. Tak hanya dari segi pembiayaan, pemerintah pun melihat adanya ketidakseimbangan antara demand dan supply, kemudian belum optimalnya pengembangan segmentasi program pembiayaan perumahan.

“Karena porsi kepesertaan Tapera itu sedikit, masih ASN sehingga ada bagian dari populasi atau demand ini yang tidak terlayani, ini yang dicoba untuk dikembangkan ke depan,” jelasnya. Menurut Ratna, daya beli masyarakat saat ini masih rendah karena pasar perumahan saat ini tidak mencakup segmentasi MBR.

Tantangan lainnya yaitu ketidakstabilan tingkat pemerataan penduduk di suatu wilayah dan belum efektifnya dukungan regulasi terhadap inklusivitas pembiayaan rumah.

Namun, dia menunjukkan bahwa pihaknya kini sedang mengusulkan sejumlah pengembangan KPR Bersubsidi untuk menyelesaikan backlog perumahan. Beberapa di antaranya yaitu perluasan skema FLPP, KPR denga skema Staircasing Shared Ownership (SSO) dan KPR Mikro bertahap (Incremental Housing).

Lebih lanjut, Ratna menjelaskan, setidaknya ada 4 faktor utama yang menentukan keberhasilan pemerintah dalam mengatasi backlog perumahan yaitu keterjangkauan pembiayaan, aksesibilitas perbankan, ketersediaan dana murah jangka panjang, serta keberlanjutan & meningkatkan nilai tambah.

Nah, secara personal kebutuhan perumahan sebenarnya bisa dipenuhi asalkan seseorang termasuk generasi muda menyiapkan strategi tepat.

Melansir dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)belum lama ini, berikut sejumlah strategi untuk generasi muda agar bisa memenuhi kebutuhan tempat tinggal:

1. Tentukan Budget Rumah yang Ingin Dibeli

Hal kali pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan harga rumah yang kalian inginkan. Tentukan target yang masuk akal dan sesuai dengan penghasilan kalian saat ini dan kemungkinan peningkatan penghasilan beberapa tahun ke depan. Kalian bisa survei lokasi yang kira-kira masuk ke budget tersebut. Agar meringankan, coba cari lokasi yang menawarkan harga rumah terjangkau.

2. Menabung Uang Muka

Kesulitan utama milenial dalam membeli rumah adalah tidak memiliki dana untuk membayar uang muka yang merupakan prasyarat KPR. Karena itu, mau tidak mau, uang muka harus dikumpulkan jika ingin punya rumah. Bagaimana cara mengumpulkan DP?

Langkah paling awal adalah menabung dari penghasilan. Namun, tidak sedikit yang tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik, sehingga sulit mengumpulkan uang muka.

Cara paling efektif adalah dengan menetapkan jumlah tabungan yang akan Sobat Sikapi simpan setiap bulannya, minimal sebesar 30% dari penghasilan bulanan. Pisahkan uang tersebut pada rekening khusus dan selalu utamakan menabung setiap kali gaji baru diterima. Jangan menunda menabung sampai akhir bulan, namun saat gaji diterima, langsung disisihkan untuk uang muka.

3. Mencari Penghasilan Tambahan

Mencari pekerjaan sampingan adalah salah satu solusi yang bisa Sobat Sikapi lakukan jika pekerjaan utama kalian memberikan penghasilan yang pas-pasan. Sulit bagi kalian untuk mengumpulkan uang muka rumah jika hanya mengandalkan gaji utama yang jumlahnya habis untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Cari sebuah pekerjaan sampingan yang dapat kalian lakukan tanpa menggangu pekerjaan utama. Sobat Sikapi dapat mengerjakan pekerjaan sampingan ini setelah pulang kerja atau di akhir pekan, misalnya menjadi freelancer.

Perkembangan teknologi telah memungkinkan kalian untuk dapat mengakses pekerjaan secara online, yang dapat kalian manfaatkan untuk memperoleh penghasilan tambahan sesuai dengan keahlian yang kalian miliki.

4. Mulai Berinvestasi

Menyimpan uang dan membiarkannya mengendap di tabungan dalam jangka waktu yang lama bukanlah sebuah pilihan yang bijak untuk dilakukan. Mulailah mencoba untuk melipat gandakan uang kalian dengan berinvestasi. Kalian dapat memulai dengan ikut menanam modal di usaha yang dikelola teman atau keluarga. Selain itu, kalian juga dapat menginvestasikan uang dalam bentuk investasi yang lebih aman, seperti emas, deposito, dan reksadana.

5. Menghemat Biaya Hidup

Untuk dapat mengumpulkan dana uang muka pembelian rumah, Sobat Sikapi harus mengelola keuangan dengan seimbang, pengeluaran tidak lebih besar dari pendapatan dengan cara menekan pengeluaran. Pengeluaran yang paling mudah ditekan adalah dengan kurangi makan di restoran atau kafe. Kalian dapat membawa bekal.



Ketika kalian memasak di rumah kalian bisa dengan hati-hati memilih bahan makanan. Jangan membeli sesuatu yang mendadak di luar pos pengeluaran bulanan kalian, apalagi hal tersebut tidak bersifat “wajib”.

Pertimbangkanlah untuk membeli barang bekas pakai/second yang menawarkan harga terjangkau. Selain itu, biaya transportasi juga menjadi salah satu pos pengeluaran terbesar. Catat pengeluaran dan evaluasi secara berkala agar mencapai target yang telah kalian tentukan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya