Bisnis
Kamis, 2 November 2023 - 10:23 WIB

Gegap Gempita "67 Tahun" Lokananta, Catatan Perayaan Titik Nol Musik Indonesia

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-67 Lokananta, di Kompleks Studio Lokananta Solo, Jalan. A. Yani No.379 A, Kerten, Laweyan, Minggu (29/10/2023). (Solopos.com/ Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — “Wajah baru Lokananta berhasil menyedot kurang lebih 98.000 pengunjung dalam empat bulan terakhir.”

Kalimat bernada kebanggaan itu diungkapkan oleh CEO PT Ruang Riang Lokananta, Wendi Putranto di malam perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-67 Lokananta bertajuk Lokananta 67, Minggu (29/10/2023).

Advertisement

Wendi merupakan salah satu penggiat musik yang dipercaya oleh Perum Percetakan Negara RI (PNRI) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebagai operator Lokananta yang berada di Jl. Ahmad Yani Nomor 379 A, Kerten, Laweyan, Kota Solo.

Wendi menyebut selain pengunjung harian di Galeri Lokananta, banyaknya event nasional maupun lokal yang digelar di Lokananta juga menambah kunjungan wisatawan di tempat tersebut.

“Jadi hitungannya setiap bulan hampir 25.000 pengunjung,” terang Wendi. Jika diambil rata-rata ada 1.000 orang hingga 1.500 orang mengunjungi Lokananta setiap harinya.

Advertisement

Seusai revitalisasi, Wendi menyebut Lokananta memang dihadirkan sebagai destinasi yang harus diperkuat dengan konten. Misalnya konten yang dihadirkan di Galeri Lokananta, hingga tenant-tenant yang ada.

Banyaknya event yang digelar bahkan menjadikan perusahaan rekaman musik legendaris sebagai ruang yang lebih inklusif untuk semua jenis kesenian dengan segmen semua usia.

Diawali dengan Festival Lokananta, lalu agenda kolaboratif bertajuk Matalokal, lokasi pemutaran film, malam grand final Pemilihan Putra Putri Solo 2023, hingga pagelara dalang remaja bertajuk Darmasuta. 

“Tapi yang paling menyenangkan, data ini tidak hanya datang dari lingkungan Solo, tapi mulai dari Soroaya, Jawa Tengah yang lain, Yogyakarta, dari Malang hingga Surabaya, bahkan dari Jakarta,” tambah Wendi.

Advertisement

Wendi menguraikan banyak pelancong dari luar kota yang mampir ke Lokananta, sebab ingin mengetahui perubahan setelah sejarah suram Lokananta sebelum direvitalisasi. Galeri Lokananta selalu penuh direservasi.

Wendi mengaku banyak mendapatkan permintaan untuk membuka Galeri Lokananta lebih lama. Namun ia mempertimbangkan kualitas tur pengunjung agar tidak hanya berswafoto, namun juga mendapatkan penjelaskan yang mumpuni dari tour guide.

Menambah Kunjungan ke Galeri Lokananta

Pada perayaan HUT ke-67 Lokananta, Wendi secara spesial menambah kunjungan ke Galeri Lokananta, yaitu pada malam hari. Percobaan ini akan digelar rutin ketika animo kunjungan masyarakat di malam hari juga tinggi. Ia membuka opsi penambahan jam berkunjung ketika banyak yang berminat.

Selain itu, dalam perayaan tersebut, Lokananta menghadirkan band-band lokal Solo dan Yogyakarta. Wendi menguraikan upaya itu dilakukan  untuk mencari nama-nama potensial yang akan dibawa ke lokasi M Bloc Group lainnya, seperi di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.

Advertisement

Tujuannya, sambung dia, memang untuk mendukung komunitas musisi dari Solo dan sekitarnya.

Lebih lanjut, Wendi menceritakan seusai direvitalisasi, Lokananta yang dulunya dikenal sebagai pabrik piringan hitam, studio rekaman, dan perusahaan rekaman milik negara bertransformasi sebagai destinasi wisata.

“Jadi kalau ada orang yang datang ke Lokananta, pasti tujuannya spesifik, antara beli kaset atau mencetak vinyl, atau dia mau rekaman. Jadi fungsinya dulu memang bukan untuk dikunjungi oleh umum. Pasti orang-orang yang berkunjung entah dia musisi, petugas rekaman studio, atau distribusi kaset. Kalau sekarang berubah fungsi, terbuka untuk umum dan memiliki daya tarik di era Lokananta sebelumnnya,” tambah Wendi.

Dulu sebelum direnovasi, sebenarnya banyak juga koleksi bersejarah di Galeri Lokananta. Namun, memang belum terkelola dengan baik.

Advertisement

“Ini salah satu upaya yang dilakukan oleh PNRI dan PPA untuk bisa merenovasi fisik bangunannya kembali, menjadi lebih indah dan cantik. Galeri Lokananta bisa dikunjungi seperti layaknya kita berkunjung ke museum. Bisa melihat cerita dari mulai tahun 1956 hingga kejatuhannya di 1999,” terangnya.

Selain itu, Wendi menerangkan adaya studio dengan alat-alat rekaman baru juga menjadi keunggulan Lokananta. Adanya tenant usaha kecil dan menengah (UKM) juga menjadi daya tarik warga lokal Solo untuk tempat nongkrong anak muda.

Wendi mengatakan saat ini mereka terus melakukan upaya pengembangan. Mereka membangun studio indoor yang nantinya berkapasitas 500 orang.

CEO PT Ruang Riang, Wendi Putranto, di Lokananta Bloc pada Minggu (29/10/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Sejarah Studio Lokananta

Di tengah gegap gempita Lokananta kini, perusahaan rekaman pertama dan terbesar di Indonesia ini berdiri sejak 29 Oktober 1956.

Dilansir dari pariwisatasolo.surakarta.go.id, pada Selasa (31/10/2023), Lokananta mempunyai dua tugas besar yaitu produksi dan duplikasi piringan hitam. Seiring perkembangan zaman, Lokananta kemudian memproduksi VHS, kaset audio, dan compact disk.

Nama-nama beken seperti Titiek Puspa, Wadljinah, Gesang, Bing Slamet, dan Sam Saimun juga lahir dari Lokananta.

Advertisement

Sejak 1970-an hingga 1980-an menjadi titik emas era Lokananta. Lokananta kemudian memasuki masa suram lantaran pembajakan di industri musik pada 1990-an.

Puncaknya, ketika Departemen Penerangan dibubarkan. Seusai dilikuidasi, pada 2004 Lokananta diakuisisi dengan nama Perum PNRI Surakarta-Lokananta.

Kemudian pada 2022, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui PT Danareksa (Persero) dan PPA melakukan revitalisasi Lokananta seluas 2,1 hektare.

Pengunjung melihat alat rekaman yang dipajang di salah satu ruang di Galeri Lokananta, Solo, Jumat (2/6/2023). (Solopos/Joseph Howi Widodo)

Dalam reportase Solopos.com, pada Selasa (15/8/2023) sebelumnya, aktivitas Perum PNRI Surakarta-Lokananta sempat dibekukan karena proses alih usaha.

Hal ini diungkapkab oleh Kepala Cabang Perum PNRI Surakarta-Lokananta, Endang Supriyadi. Dalam proses restrukturisasi ini, baik di PNRI pusat atapun cabang menyebakan aktivitas memang dibekukan.

Dengan adanya restrukturisasi ini, ada 35 karyawan Perum PNRI Surakarta-Lokananta akan terancam diberhentikan.

Perbincangan tentang pembekuan aktivitas Perum PNRI Surakarta-Lokananta sebelumnya ramai di platform X. Banyak warganet yang menyayangkan hal tersebut. Sementara itu karyawan PNRI Surakarta-Lokananta atau Lokananta Records enggan memberi keterangan lebih lanjut.

Sementara itu, vokalis Down For Life, Stephanus Adjie yang turut diundang dalam acara Lokananta 67 menyebut perayaan yang digelar kurang maksimal.

“Acara Lokananta bagus, sebenarnya kami merasa narasi 67 tahun Lokananta ini kurang kena. Mungkin karena publikasi ataupun promosi yang terlalu mepet,” ujar Adjie pada Senin (30/10/2023).

Kendati demikian ia mengapresiasi dengan diundangnya band-band lokal asal Solo. Adjie berharap Lokananta tetap bisa memberikan ruang apresiasi ruang kreatif dan tetap bisa menghubungkan karakter dan budaya di Kota Solo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif