Bisnis
Kamis, 29 Desember 2022 - 06:47 WIB

Gangguan Iklim hingga Masalah Pupuk Bisa Sebabkan Ekonomi Melambat

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi lahan pertanian. (Solopos-Rudi Hartono)

Solopos.com, JAKARTA – Guncangan yang terjadi pada sektor pertanian di dalam negeri menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2022.

Peneliti bidang ekonomi The Indonesian Institute (TII) Nuri Resti Chayyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional akan melambat berada di kisaran 5 hingga 5,4 persen year on year (yoy) pada triwulan IV-2022, dari sebelumnya 5,72 persen yoy pada triwulan III-2022.

Advertisement

“Diproyeksikan, pertumbuhan ekonomi secara quartal to quartal (qtq) tahun 2022 tidak terlalu tajam penurunannya dan masih stabil yaitu di sekitar 1,3-1,6 (qtq),” jelas Nuri seperti dilansir Antara, Rabu (28/12/2022).

Dia menjelaskan, guncangan pada sektor pertanian dalam negeri, pertama, disebabkan oleh faktor iklim yang mengakibatkan gagal panen pada beberapa komoditas pertanian, contohnya, berbagai macam cabai.

Advertisement

Dia menjelaskan, guncangan pada sektor pertanian dalam negeri, pertama, disebabkan oleh faktor iklim yang mengakibatkan gagal panen pada beberapa komoditas pertanian, contohnya, berbagai macam cabai.

“Hal itu mengurangi ketersediaan (stok) di pasaran yang mengganggu penawaran pasar di tengah permintaan yang tinggi. sehingga berpengaruh pada daya beli masyarakat juga,” kata Nuri.

Baca Juga: Tol Lingkar Luar Solo Disebut Tak Bisa Atasi Macet dalam Kota, Hanya Mengurangi

Advertisement

“Selain iklim, ada juga harga pupuk global yang tinggi, dan itu juga mengguncang pertanian dalam negeri yg berpengaruh pada ketersediaan. lagi-lagi masalahnya ada di kelangkaan,” kata Nuri.

Hingga November 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di angka 0,09 persen secara month to month (mtm) dan 5,42 persen secara year on year (yoy).

Baca Juga: Catat, Berikut Jenis BBM yang Tidak Dijual Lagi Mulai 2023

Advertisement

Adapun, Nuri memproyeksikan inflasi akan berada di kisaran 5- 5,3 persen yoy pada akhir tahun 2022, didorong adanya second-round effect akibat kenaikan harga BBM pada September 2022 lalu.

“Kemudian karena cuaca, kebutuhan bahan pokok itu mengalami kelangkaan akibat faktor produksi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengalami peningkatan harga,” kata Nuri.

Dalam kesempatan ini, dia mengingatkan perlunya antisipasi terhadap ketersediaan (stok) pangan pokok di dalam negeri, mengingat adanya permintaan yang tinggi pada perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif