SOLOPOS.COM - BLDF bekerja sama dengan 278 mitra katering dan rumah makan, perusahaan, hotel, fasilitas pendidikan, pelayanan umum, pasar, dan masyarakat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos demi mengurangi limbah di hilir dan mewujudkan target Zero Waste Zero Emission (ZWZE) 2040. (Istimewa/Bakti Lingkungan Djarum Foundation).

Solopos.com, SOLO — Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) meluncurkan Program Kudus Asik bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus, Senin (13/3/2023).

Program ini sebagai upaya membantu pemerintah meningkatkan capaian kota yang bersih dan terjaga lewat pengelolaan sampah berkelanjutan dan komitmen pemerintah Kabupaten Kudus menuju zero waste, zero emission (ZWZE) 2040.

Promosi Telkom Dukung Pemulihan 82,1 Hektare Lahan Kritis melalui Reboisasi

Pemerintah Kabupaten Kudus menargetkan ZWZE 2040 setelah memperoleh penghargaan Adipura 2022 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Selasa (28/2/2023) lalu.

BLDF telah menginisiasi program Kudus Asik ini sejak 2022 melalui kampanye digital tentang pengelolaan sampah berkelanjutan di akun Instagram @kudus.asik dengan sasaran generasi muda Kabupaten Kudus.

Kudus Asik menggalang aksi nyata berupa mengumpulkan sampah organik yang berasal dari 278 mitra, terdiri dari catering dan rumah makan, hotel, fasilitas kesehatan dan pendidikan, panti asuhan dan pondok pesantren, mitra korporasi, pasar tradisional, dan masyarakat desa di Kabupaten Kudus.

Sampah organik tersebut selanjutnya diolah di pusat pengomposan berkapasitas 50 ton di Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) BLDF di Kabupaten Kudus.

Vice President Director Djarum Foundation, F.X. Supanji, mengatakan bahwa BLDF telah merintis berbagai upaya menuju zero emission melalui pelestarian lingkungan dan penanaman pohon.

“Saat ini di tengah tantangan dunia menghadapi perubahan iklim, BLDF melebarkan sayap dengan program tata kelola sampah melalui pengurangan jumlah sampah organik di daerah hulu. Kami percaya, inisiatif pengelolaan sampah organik ini, akan berdampak signifikan pada penurunan emisi karbon,” paparnya.

Timbulan sampah harian di Kabupaten Kudus mencapai 440,89 ton tahun 2020 lalu, menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).

Sementara, tercatat sampah organik di Kudus mencapai 430,56 meter kubik per hari dengan 13,58% terolah pada 2020 menurut BLDF.

Sampah organik ini hanya akan terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan menghasilkan gas metana jika tidak diolah dengan baik, termasuk yang mengedepankan konsep ekonomi sirkular. Dampak lebih buruknya adalah mendorong efek rumah kaca.

Bupati Kabupaten Kudus, H.M. Hartopo, mengatakan pemerintahannya sudah mengupayakan berbagai solusi, termasuk menjalankan Pusat Daur Ulang (PDU) berkapasitas 10 ton.

“Kami juga mendorong program buang sampah dibayar dengan sampah (Busadipah), mengoptimalkan kinerja bank sampah unit desa (BSU), dan berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam mengolah sampah organik menjadi kompos atau maggot,” ujarnya.

Hartopo mengatakan masih perlu inovasi lanjutan yang melibatkan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan untuk merealisasikan ZWZE 2040.

Pihaknya mengapresiasi upaya Djarum Foundation atau BLDF dalam program Kudus Asik yang mendorong kesadaran anak muda untuk masa depan lingkungan yang berkelanjutan, dan bermitra dengan berbagai pihak untuk mengelola sampah organik secara end-to-end.

Pemilik Selat Solo Mami Bertin yang juga mitra Djarum Foundation atau BLDF, mengatakan bahwa kerja sama dengan BLDF membantunya karena sampah organik rumah makannya dapat terolah menjadi kompos dan tidak terbuang sia-sia di TPA.

Bertin berharap semakin banyak mitra dan masyarakat yang ikut serta dalam program ini, sehingga membantu pemerintah mewujudkan Kabupaten Kudus yang bersih dan terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya