Bisnis
Rabu, 12 April 2023 - 05:10 WIB

Gagal Rebranding hingga Saham Anjlok, Tupperware Disebut Terancam Bangkrut

Anik Sulistyawati  /  Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (Freepik)

Solopos.com, NEW YORK — Salah satu produsen perlengkapan dapur, Tupperware sedang mengalami masa sulit hingga dikabarkan di ambang kebangkrutan. Saham perusahaan anjlok hingga 50 persen pada Senin (10/4/2023) waktu setempat. Penurunan tersebut menjadi rekor terendah saham Tupperware sepanjang masa.

Melansir Straits Times, Selasa (11/4/2023) investor ketakutan setelah perusahaan mengatakan mereka telah mempekerjakan penasihat keuangan untuk membantu memperbaiki struktur permodalan dan memulihkan keraguan mengenai kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya.

Advertisement

Tupperware sempat meningkat tajam selama dua tahun pertama pandemi Covid-19, dengan harga sahamnya melonjak menjadi U$37 karena lockdown mendorong penjualan peralatan dapur.

Namun momen kejayaan itu runtuh setelah perusahaan memberi sinyal adanya kendala kas yang disebabkan oleh biaya bunga yang lebih tinggi. Hingga, pada Senin kemarin, saham ditutup pada US$1,22 setelah turun 49,6 persen.

Advertisement

Namun momen kejayaan itu runtuh setelah perusahaan memberi sinyal adanya kendala kas yang disebabkan oleh biaya bunga yang lebih tinggi. Hingga, pada Senin kemarin, saham ditutup pada US$1,22 setelah turun 49,6 persen.

Bulan lalu, perusahaan melaporkan kerugian dari operasi sebesar US$28,4 juta untuk 2022. Meskipun kerugian itu turun dari US$152,2 juta pada tahun sebelumnya penjualan bersih tahun lalu juga turun 18 persen menjadi US$1,31 miliar.

CEO Tupperware Miguel Fernandez mengatakan, perusahaan saat ini sedang mencari calon investor atau mitra pembiayaan untuk bertahan dalam bisnis. Ia juga mengakui perusahaan tidak akan memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya.

Advertisement

Ia juga bekerja sama dengan Moelis & Company dan Kirkland & Ellis untuk menjajaki opsi utang jangka panjang hampir US$700 juta.

Dari sumber lain dikabarkan Tupperware juga tengah mempertimbangkan langkah-langkah pemotongan biaya, meninjau portofolio real estate, termasuk memutus hubungan kerja (PHK) karyawannya demi menghemat uang operasional.

Saham Tupperware dilaporkan turun 90 persen dalam satu tahun terakhir. Hal ini menunjukkan kondisi perusahaan kian genting.

Advertisement

Miguel Fernandez mengatakan pihaknya sedang menjajaki potensi PHK dan meninjau portofolio real estatnya untuk upaya penghematan uang yang lebih potensial.

“Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” ucap Miguel Fernandez.

Analis Ritel sekaligus Direktur Pelaksana GlobalData Retail Neil Saunders mengatakan ada beberapa masalah yang belakangan merugikan Tupperware. Seperti penurunan penjualan dan produk yang cenderung ‘kolot’.

Advertisement

“Beberapa masalah merugikan Tupperware, termasuk penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda,” katanya.

Saunders mengatakan Tupperware berada dalam posisi genting secara finansial karena berjuang untuk meningkatkan penjualan. Di sisi lain, aset perusahaan juga cenderung kecil, sehingga perusahaan tidak memiliki banyak kapasitas untuk mengumpulkan uang.

“Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif