SOLOPOS.COM - Tangkapan layar talkshow virtual bertema Kiat Sukses Usaha Syariah di Era Digital, Senin (6/9/2021). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo kembali menggelar talkshow virtual sebagai rangkaian Festival Syiar Ekonomi Keuangan Syariah dan Pesantren (Syekaten) pada Senin (6/9/2021). Kali ini tema yang diangkat adalah Kiat Sukses Usaha Syariah di Era Digital yang dianggap sangat kontekstual dengan kondisi perekonomian saat ini di tengah pandemi Covid-19.

Kepala KPw BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan di tengah pandemi Covid-19 adopsi teknologi digital secara luas telah dimanfaatkan. Baik customer maupun pelaku usaha (merchant) di berbagai sektor, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Talkshow ini digelar untuk memberikan edukasi dalam rangka mendorong transformasi digital. Juga pengembangan UMKM dan unit usaha pesantren, termasuk di sisi pembiayaannya,” ujar dia.

Baca juga: OJK Sebut 3,6 Juta Debitur Restrukturisasi Kredit Merupakan UMKM

Menurutnya, usaha yang dahulu mengandalkan transaksi offline telah beralih ke pemanfaatan platform e-commerce. Untuk menjangkau online customer, termasuk segmen pasar muslim. Setidaknya ada enam sektor pasar muslim yang sudah masuk dalam ekonomi digital. Yakni keuangan syariah, pendidikan, makanan, fesyen, pariwisata, dan farmasi-kosmetik.

Melalui e-commerce, semua orang memiliki banyak kesempatan dan peluang yang sama untuk bersaing dan berhasil berbisnis di dunia maya. Namun demikian, keberhasilan akan tergantung pada kreativitas. Serta inovasi masing-masing pelaku usaha dalam memanfaatkan teknologi digital.

Mulai dari produksi, pemasaran hingga pembayaran karena persaingan semakin ketat. Era digitalisasi juga memberikan tantangan besar tersendiri bagi pelaku usaha di Indonesia. Terutama yang ada di wilayah pedesaaan termasuk usaha pesantren.

Baca juga: Industri Energi Berkomitmen Jaga Masyarakat dan Lingkungan

Usaha Syariah Adopsi Teknologi Digital

Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren, pesantren tidak hanya sebagai penyelenggara fungsi pendidikan dan dakwah. Namun memiliki fungsi pemberdayaan masyarakat. Pengembangan usaha juga perlu dilakukan oleh pesantren, dengan tujuan menumbuhkan jiwa entrepreneurship atau kewirausahaan bagi santrinya dan juga masyarakat sekitar.

Dengan demikian, pesantren juga dituntut untuk melakukuan akselerasi adopsi teknologi digital secara luas. Baik untuk penyelenggaraan pendidikannya maupun dalam mengelola usahanya. Banyak pesantren yang telah berhasil dalam bisnisnya. Namun umumnya lebih memilih menggunakan pembiayaan mandiri atau self-financing. Sehingga menjadi salah satu penyebab ekonomi syariah belum berkembang.

Pengurus Pusat Komunitas Tangah di Atas, Wisnu Sakti Dewobroto, yang hadir sebagai narasumber mengatakan ekonomi syariah memiliki potensi yang luar biasa. Namun demikian, adanya pandemi Covid-19 merubah berbagai hal.

Baca juga: Trik Investasi Tetap Menguntungkan Meski dengan Gaji UMR

Di sisi lain, Indonesia berpotensi menjadi negara terdepan. Walaupun Indonesia masuk dalam negara yang berpendapatan rendah, namun keinginan beriwarusaha tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh stimulus dari pemerintah yang pro pada UMKM yang memiliki persentase terbesar di Indonesia.

Permasalahannya adalah rendahnya akses pasar memanfaatkan ekosistem digital (16%). Rendahnya akses pembiayaan UMKM yang terhubung dengan lembaga keuangan (19,41%). Dan keterbatasan skala kapasitas usaha dan standar produk.

“Cara untuk menghadapi pandemi adalah pertama, akselerasi digital, kedua inovasi, ketiga belajar modifikasi bisnis. Hal yang kami lakukan di TDA adalah mengoptimalkan UMKM untuk naik kelas berbasis komunitas,” papar dia.

Baca juga: Poster Bernada Kritik Bermunculan di Solo, Gibran: Semua Kritikan Kami Terima

Pembiayaan Usaha Syariah

CEO Kimibag, Abdul Haris Akbar, mengatakan usaha ini berdiri sejak 2011 lalu dengan mengusung tagline less plastico more canvaso. Usaha ini merupakan bisnis keluarga yang didirkan di sela mengajar di Pondok Al Qohar.

“Selama 10 tahun kami memposisikan bisnis hanya sarana bukan tujuan. Kami mendapat banyak ilmu, relasi, ilmu, dan lain-lain,” kata dia.

Ia menjelaskan ada lima langkah dalam bisnisnya, yakni riset meliputi trial and error, label dan desain, hingga packaging; ide; search; prinsip ATM; dan tes pasar. Salah satu yang dilakukan selain mengedepankan produk yang memiliki nilai tambah, ia membuat tampilan web www.kimibag.comsemenarik mungkin. Meski berbasis UMKM, web dibenahi agar terlihat profesional, mulai dari fotografi produk, bahasa Inggris, bahasa produk, web dan theme pro, display, dan share media.

Baca juga: Berada di Posisi Tertinggi, Penyaluran KUR di Jawa Tengah Tembus Rp25,5 Triliun

Sementara itu, Funding & Transaction Business Deputy Bank Syariah Indonesia, Dede Irawan Hamzah, menambahkan terkait potensi industri halal untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan syariah mencapai Rp420 triliun – Rp714 triliun.

“Di Jawa Tengah perbankan syariah baru memiliki share 5% terhadap total nilai industri perbankan syariah nasional. Peta pembiayaanya berpusat di Kota Semarang dan Kota Solo. Cara untuk meningkatkan angka ini dengan sinergi mendongkrak literasi dan keuangan syariah. Membangun ekosistem halal, dan menciptakan iklim halal industri yang mengkolaborasikan halal value chain dan halal supply chain,” jelas dia.

 

 



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya