Bisnis
Sabtu, 17 Desember 2022 - 10:15 WIB

Fantastis, BI Memprediksi Transaksi Digital 2023 bakal Tembus Rp67.000 Triliun

Alifian Asmaaysi  /  Maria Elena  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (infopublik.id)

Solopos.com, JAKARTA — Bank Indonesia memproyeksilan transaksi digital pada sektor perbankan akan melesat jauh menembus angka Rp67.000 triliun.

Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang menjelaskan suburnya transaksi digital perbankan bakal terus tumbuh seiring dengan pesatnya kesadaran untuk memaksimalkan digitalisasi keuangan nasional.

Advertisement

Tak hanya transaksi digital banking, transaksi e-commerce dan uang elektronik juga diramal akan melaju di tengah situasi ketidak pastian ekonomi pada 2023 mendatang.

“Pada tahun 2023 transaksi e-commerce dapat mencapai Rp572 triliun. Lalu uang elektronik sebesar Rp508 triliun dan transaksi perbankan digital lebih dari Rp67.000 triliun rupiah,” jelas Perry dalam agenda virtual ISEI Jakarta pada Jumat (16/12/2022).

Advertisement

“Pada tahun 2023 transaksi e-commerce dapat mencapai Rp572 triliun. Lalu uang elektronik sebesar Rp508 triliun dan transaksi perbankan digital lebih dari Rp67.000 triliun rupiah,” jelas Perry dalam agenda virtual ISEI Jakarta pada Jumat (16/12/2022).

Bila terealisasikan, angka tersebut prediksi tersebut bakal melesat mencapai 5 kali lebih besar dibanding dengan publikasi transaksi perbankan digital yang tercatat sebanyak Rp5.184,1 triliun. Perry melanjutkan, bahwa proyeksi kenaikan total transaksi digital perbankan disokong oleh pesatnya laku pertumbuhan ekonomi digital nasional.

Baca Juga: Genjot Percepatan Akses Keuangan UMKM, OJK Luncurkan 3 Kebijakan Ini

Advertisement

Di samping itu, Perry menjelaskan bahwa stabilitas sistem keuangan juga terjaga dengan kecukupan modal yang tinggi, likuiditas yang berlimpah serta pertumbuhan kredit yang diperkirakan 10 hingga 12 persen pada tahum 2023 dan 2024.

“Ke depan, Bank Indonesia berkomitmen untuk menjalin sinergi digitalisasi ekonomi dan keuangan nasional di itengah gejolak ketidakpastian global,” ujarnya.

“Skelai lagi sinergi, koordinasi, kerja sama itulah yang menjadi kunci selama ini kita terhindar dari krisis khususnya pandemi dan mari mendukung proses pemulihan ekonomi kita khususnya di Jakarta,” ujar Perry.

Advertisement

Baca Juga: Hyperlocal Tokopedia Bikin Omzet Jualan Online Meroket 147%

Sebelumnya, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa terdapat lima kunci penting yang telah dan akan dilakukan dalam mendorong digitalisasi ekonomi dan keuangan Indonesia.

Pertama, yaitu membangun satu bahasa layanan sistem pembayaran dan layanan jasa keuangan, yaitu melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Advertisement

“Satu bahasa dalam layanan sistem pembayaran adalah QRIS. Sebelum 2019, begitu banyak bahasa QR, QR-nya bank ini, QR-nya bank ini, tapi sejak 2019, hanya satu bahasa QR, adalah QRIS,” katanya dalam acara Closing Ceremony 4th Indonesia Fintech Summit & Bulan Fintech Nasional, Senin (12/12/2022).

Pada tahun ini, QRIS telah diadopsi oleh lebih dari 15 juta pengguna. Pada 2023, BI menargetkan QRIS akan diadopsi oleh lebih dari 45 juta pengguna.

Kedua, yaitu satu bangsa dalam layanan sistem pembayaran, yaitu mendorong sinergi antara perbankan digital, penyedia jasa pembayaran nonbank, hingga e-commerce, untuk bisa berkolaborasi dan sharing data.

Baca Juga: Diluncurkan, Lembaga Independen Cosmos Siap Tingkatkan Daya Saing UKM

Ketiga, satu nusa layanan sistem pembayaran, yaitu membangun interkoneksi, interoperabilitas, dan integrasi infrastruktur pembayaran, pada pasar uang dan operasi moneter.

Dalam hal ini, Perry mengatakan BI tengah berupaya mengintegrasikan BI-Fast dengan Real-Time Gross Settlement (RTGS), juga dengan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Keempat, menciptakan persaingan yang sehat antara para pelaku industri, salah satunya dengan menetapkan market conduct & pricing, bersama dengan pelaku industri dan asosiasi.

Kelima, mendorong pengembangan Central Bank Digital Currency (CBD) atau Digital Rupiah. Pengembangan ini akan dimulai dengan tahapan pertama, wholesale CBDC, yaitu penerbitan, pemusnahan, dan transfer antarbank.

“Kedua, memperluas wholesale CBDC untuk operasi moneter dan pasar uang, sehingga para milenial nanti bisa beli ORI secara digital. Tahap ketiga, pengembangan, end-to-end, antara wholesale dengan ritel,” kata Perry.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif