Bisnis
Minggu, 15 Januari 2023 - 07:50 WIB

Erick Thohir Prediksi Laba BUMN 2022 Capai Rp200 Triliun Berkat Efisiensi

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah BUMN yang dibubarkan karena terus merugi dan membebani keuangan negara. (Ilustrasi/Bisnis)

Solopos.com, TANGERANG — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperkirakan laba BUMN pada tahun 2022 mencapai Rp200 triliun atau naik signifikan dari capaian Rp125 triliun pada 2021.

“Kemungkinan laba BUMN tahun ini Rp200 triliun, kemungkinan. Ini belum tutup buku,” ungkap Erick dalam konferensi pers Natal Bersama 2022 Kementerian BUMN dan BUMN di Tangerang, Banten, Sabtu (14/1/2023) seperti dilansir Antara.

Advertisement

Ia membeberkan tingginya kemungkinan laba para perusahaan pelat merah tersebut merupakan berkat kerja keluarga besar BUMN yang telah bersatu dalam segala perbedaan saat melakukan efisiensi dan gotong royong.

Efisiensi yang dilakukan BUMN tak sekadar menekan harga, tetapi efisiensi secara operasional.

PT Pertamina (Persero) Tbk. berhasil melakukan efisiensi sekitar 1,9 miliar dolar AS pada tahun 2021 dan di tahun 2022 sebesar 600 juta dolar AS.

Advertisement

Begitu pula dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bisa menekan belanja modal alias capital expenditure (capex) sampai 30 persen, sehingga perseroan bisa melakukan percepatan utang dimana utang PLN sudah turun Rp96 triliun dari sebesar Rp500 triliun menjadi Rp404 triliun.

Menurut Erick, efisiensi BUMN harus dilakukan di tengah permasalahan tingginya harga pangan saat ini, yang menjadi salah satu permasalahan yang harus diwaspadai. BUMN kini sedang mempelajari guna menjadi pembeli siaga atau off taker dalam membeli hasil petani, khususnya untuk kelapa sawit, gula, hingga padi.

“Ini yang kami sedang akan siapkan, rancangan untuk membeli kebutuhan pokok,” ungkapnya.

Advertisement

Selain harga pangan, dia menyebutkan harga energi saat ini turut menjadi perhatian. Baru-baru ini, Pertamina sudah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax, sejalan dengan turunnya harga minyak dunia.

Kementerian BUMN pun juga sedang melakukan proses membandingkan perusahaan alias benchmarking terkait produksi minyak Indonesia dengan perusahaan dunia, khususnya dari segi ongkos produksi.

“Jangan sampai nanti perusahaan minyak yang lain harga produksinya sekian, Pertamina justru lebih mahal. Nah ini efisiensi,” ucap Erick.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif