SOLOPOS.COM - ilustrasi (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Guna meningkatkan realisasi produksi nasional, Exxonmobil Cepu Limited (EMCL) tengah mengoptimalkan pengeboran minyak dan gas bumi dari lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris.

Baca Juga: Ikageo ITNY Gelar Pelatihan & Sertifikasi Ahli Pengendali Pengeboran

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia, Dave A. Seta, mengatakan EMCL akan berkoordinasi intensif dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mengoptimalkan produksi terangkat atau lifting migas dari dua lapangan operasi EMCL tersebut.

“Kami akan terus bekerja sama dengan SKK Migas untuk mengoptimalkan produksi Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris untuk membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia,” kata Dave melalui pesan WhatsApp, Jumat (22/4/2022).

Baca Juga: Jokowi Stop Ekspor Minyak Goreng per 28 April 2022, Ini Alasannya

SKK Migas melaporkan realisasi produksi terangkut atau lifting minyak dan gas bumi nasional sepanjang kuartal pertama 2022 masih di bawah target. Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan belum optimalnya realisasi lifting minyak dan gas bumi nasional itu disebabkan karena dampak bawaan dari pandemi. Selain itu adanya sejumlah penghentian operasi yang tidak terencana (unplanned shutdown) sepanjang 2021.

“Produksi dan lifting kami masih terkendala terutama entry point yang sangat rendah di awal 2022 karena dampak dari pandemi itu di kuartal satu kita loss di sana sekitar 20 ribu barel per hari (bph) kemudian mostly juga dampak dari unplanned shutdown,” kata Dwi saat Konferensi Pers Kinerja Hulu Migas Kuartal I Tahun 2022, Jumat (22/4/2022).

Baca Juga: Peluang Investasi Besar, SKK Migas: 128 Basin Potensial Dieksplorasi

Berdasarkan catatan SKK Migas sepanjang triwulan pertama 2022, realisasi lifting minyak mencapai 611,7 ribu bph atau lebih rendah dari target yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar 703 ribu bph. Selain itu, realisasi lifting gas sepanjang triwulan pertama tahun ini di angka 5.321 standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau lebih rendah dari target yang dipatok pemerintah sebesar 5.800 MMSCFD.

SKK Migas mencatat sejumlah rangkaian penghentian operasi yang tidak terencana dari EMCL selama triwulan keempat 2021 yang berlanjut hingga awal tahun ini turut mengoreksi realisasi lifting Migas nasional.

Baca Juga: 4 Peneliti ITS Ungkap 2 Bakteri Ini Bisa Atasi Pencemaran Minyak Bumi di Laut

Berdasarkan catatan SKK Migas sepanjang triwulan keempat 2021, terjadi penghentian operasi pada Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) yang diikuti dengan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) akibat gangguan listrik. Berhentinya operasi tiga kontraktor besar itu berdampak serius pada perolehan produksi minyak pada Januari 2022 yang anjlok di posisi 616 ribu BOPD.

“Februari dan Maret ini sudah mulai membaik lagi tetapi sayang di pekan kemarin ada masalah di EMCL pipanya bengkok karena ada tanah longsor. Khawatir ada hal-hal yang lebih berbahaya, kita setop. Kita kehilangan sekitar 11 ribu produksi di Cepu,” kata dia.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Exxonmobil Cepu Optimalkan Pengeboran Banyu Urip dan Kedung Keris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya