SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekspor Soloraya. (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Kinerja ekspor di Jawa Tengah mengalami pelemahan hingga terkoreksi anjlok sekitar 11 persen.

Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Tengah, Ade Siti Muksodah, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (16/5/2023),  mengatakan banyak masalah dari dalam negeri yang hingga kini belum rampung.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Mulai dari problem perizinan, logistik hingga regulasi yang diterbitkan pemerintah.

“Saya sebenarnya malu dengan negara tetangga. Malaysia misalnya, jika ada problem di dalam negeri langsung bisa diatasi. Kalau di sini [Indonesia] serba ruwet. Justru problem di dalam negeri yang menjadi kendala dalam menggenjot kinerja ekspor,” kata dia.

Ade menyebut kemungkinan permintaan komoditas ekspor dari luar negeri pada Juli-Agustus. Dia berharap permintaan komoditas ekspor melesat tajam sehingga mendongkrak kinerja ekspor pada semester II.

Selain itu, pemerintah diminta merumuskan kebijakan ekspor agar mempermudah dan mempercepat pengiriman barang ke luar negeri.

“ Indonesia sudah tertinggal jauh dibanding negara lain di Asean. Jika kondisinya seperti ini terus bisa memengaruhi perekonomian nasional dan daerah,” tutur dia.

Selain itu, konflik berkepanjangan Rusia-Ukraina tentunya juga berdampak terhadap kinerja ekspor dalam negeri.

Padahal, Uni Eropa menjadi negara terbesar tujuan komoditas ekspor dari Tanah Air. Belum lagi ancaman resesi ekonomi di Amerika Serikat apabila gagal membayar utangnya alias default.

Hal itu menyebabkan berkurangnya permintaan komoditas ekspor dari luar negeri.

Kinerja ekspor di Jawa Tengah sempat naik sekitar tujuh persen pada beberapa bulan lalu. Kala itu, para eksportir menghabiskan beragam produk yang sempat tertunda proses pengiriman ke luar negeri.

“Sekarang kinerja ekspor di Jawa Tengah anjlok sekitar 11 persen. Saya bicara apa adanya agar menjadi bahan evaluasi pemerintah. Banyak problem di dalam negeri yang harus dibenahi,” kata

Sementara itu, Ketua Bidang  Bahan Baku DPD Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Soloraya, Suryanto, tak memungkiri daya dan permintaan permintaan furnitur dari luar negeri turun akibat perang Rusia-Ukraina.

Selama ini, pasar ekspor furnitur ke Benua Biru cukup kencang mengalirkan devisa negara.

Suryanto juga merasa was-was jika Amerika Serikat benar-benar gagal membayar utanya yang menimbulkan tekanan ekonomi di negara Paman Sam tersebut. “Amerika Serikat dan Uni Eropa merupakan pasar ekspor furnitur terbesar. Memang ada beberapa negara di Asia namun permintaan ekspor masih sedikit,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya